Suara.com - Anggota TNI yang bertugas di Distrik Hitadipa, Papua disebut menempati Sekolah Dasar YPPGI dan SMP Satu Atap sebagai markasnya. Mereka disebut mengambil alih fungsi bangunan tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Pengiriman anggota TNI itu bermula dikarenakan adanya pembunuhan Pendeta Yeremias Sanambani pada September 2020 di wilayah itu. Entah apa alasannya, anggota TNI kemudian menduduki wilayah tersebut.
"Awalnya itu aparat TNI meminta untuk mau bangun salah satu pos di kampung Hitadipa cuman belum ada stok atau bangunan yang lainnya, sehingga mereka menggunakan salah satu fasilitas SD, SD ini milik Katolik," kata anggota Tim Kemanusiaan untuk Papua, Ambrosius Mulait di Kantor Komnas HAM RI, Jakarta Pusat, Senin (2/11/2020).
Namun menurut Ambrosius, penggunaan bangunan sekolah itu ternyata tanpa ada permintaan izin kepada pihak Pemerintah Daerah Provinsi Papua maupun ke kepala sekolah.
Baca Juga: Komnas HAM Sebut Nama Terduga Pembunuh Pendeta Yeremia, Kenapa TGPF Tidak?
Ia menyebut anggota TNI semaunya menggunakan fasilitas pendidikan tersebut.
"Jadi aparat semaunya, setelah masuk menggunakan ruang itu untuk tinggal di tempat itu," ujarnya.
Ia menjelaskan kalau anggota TNI masih berada di sekolah itu karena sudah tidak ada kegiatan belajar mengajar lagi. Ambrosius mengatakan kalau para siswa itu berada di pengungsian.
Para siswa ikut bersama keluarganya keluar dari Distrik Hitadipa karena ketakutan pasca melihat Pendeta Yeremias dibunuh oleh anggota TNI.
"Warga kan sebagian mengungsi karena takut. Sampai saat ini kegiatan sekolahnya sudah tidak berjalan jadi tidak ada perizinan dari aparat untuk menggunakan gedung sekolah."
Baca Juga: Penyelidikan Kasus Kekerasan di Papua Kebanyakan Menguap di Tengah Jalan
Klaim Tak Dipakai
Menanggapi hal tersebut, Kepala Penerangan Kogabwilhan III Kolonel CZI IGN Suriastawa menyebut kalau pihaknya justru disarankan menempati sekolah sebagai markas. Apalagi melihat kondisi sekolah tersebut yang sudah lama tidak terpakai.
"Info lapangan sekolah tersebut sudah lama tidak digunakan, dan dari pihak sekolah yang menyarankan menggunakan sekolah tersebut," kata Suriastawa saat dihubungi Suara.com, Selasa (3/11/2020).
Ia menerangkan kalau pihak sekolah menginginkan bangunan tersebut digunakan oleh TNI supaya ada yang merawatnya. Suriastawa juga tidak masalah apabila ada pihak lain yang berkomentar terkait penggunaan sekolah sebagai markas TNI.
"Karena kalau tidak dirawat maka akan tambah rusak dengan digunakan satgas dengan harapan sekolah tersebut tetap terawat," ujarnya.
"Orang boleh saja berpendapat macam-macam. Karena tidak ada larangan untuk menyampaikan pendapat."