Suara.com - Kelompok teroris ISI mengklaim terlibat dalam penembakan pameran buku di sebuah universitas di Afghanistan yang mengakibatkan 20 meninggal dunia dan puluhan lainnya terluka.
Menyadur Sky News, insiden penembakan pada Senin (2/11/2020) terjadi selama berjam-jam di Universitas Kabul, Afghanistan, ketika duta besar Iran untuk Afghanistan menghadiri acara pameran buku di kampus tersebut.
Pasukan keamanan akhirnya menembak mati ketiga pria bersenjata itu yang menewaskan 22 orang dan sekitar 20 lainnya terluka.
Suara granat dan senjata otomatis terdengar saat insiden tersebut dan seorang saksi mengklaim bahwa pelaku dengan sengaja menargetkan mahasiswa yang ada di tempat.
Baca Juga: Menlu Iran Geram, Sebut Menghina Muslim Pemicu Ekstremisme
Salah satu siswa, Fathullah Moradi, yang melarikan diri melalui gerbang universitas bersama temannya, berkata: "Mereka menembaki setiap siswa yang mereka lihat."
Ahmad Samim, siswa lain yang berada di tempat kejadian mengatakan dia melihat militan bersenjatakan pistol dan senapan serbu Kalashnikov menembaki bagian hukum dan jurnalisme kampus.
Universitas Kabul merupakan salah satu universitas yang paling tua di negara itu dan memiliki sekitar 17.000 mahasiswa.
Fraidoon Ahmadi, seorang siswa berusia 23 tahun, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia berada di kelas saat baku tembak terjadi.
"Kami sangat takut dan kami pikir ini bisa menjadi hari terakhir dalam hidup kami… anak laki-laki dan perempuan berteriak, berdoa dan menangis minta tolong," kata Ahmadi.
Baca Juga: Terendus! Intelijen Sebut Iran dan Rusia Hendak Campuri Pilpres AS 2020
Kelompok teroris ISIS mengatakan mereka bertanggung jawa atas insiden penembakan tersebut. Taliban dan kelompok lain mengatakan pejuang mereka tidak terlibat dalam insiden penembakan tersebut.
Dikutip dari Al Jazeera, Hamid Obaidi, juru bicara Kementerian Pendidikan Tinggi, mengatakan serangan itu dimulai ketika para pejabat pemerintah tiba untuk pembukaan pameran buku Iran yang diselenggarakan di kampus.
Presiden Ashraf Ghani menyebut serangan itu "tindakan teror yang tercela" dan mengumumkan hari berkabung nasional untuk menghormati para korban.
Serangan itu terjadi ketika pemberontak melanjutkan pembicaraan damai dengan pemerintah yang didukung Amerika Serikat.
Negosiasi, yang berlangsung di Qatar, bertujuan untuk membantu AS menarik diri dari perang terpanjang, meskipun pertumpahan darah setiap hari terus berlanjut.
Setidaknya 24 orang termasuk siswa tewas dalam insiden bom bunuh diri di sebuah pusat pendidikan di lingkungan Syiah di Kabul barat pada 25 Oktober.
Diplomat Iran sebelumnya juga menjadi sasaran serangan di negara itu.
Pada tahun 1998, Iran menganggap Taliban bertanggung jawab atas kematian sembilan diplomatnya yang bekerja di konsulatnya di Afghanistan utara.