Ketika Klub Harley Berurusan dengan Intel di Jalan

Siswanto Suara.Com
Senin, 02 November 2020 | 17:17 WIB
Ketika Klub Harley Berurusan dengan Intel di Jalan
Viral Oknum Rombongan Moge Harley Davidson Keroyok Anggota TNI di Bukittinggi (Instagram/Ndorobeii).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Barangkali Harley Owners Group Siliwangi Chapter Bandung tak akan pernah menduga kalau konvoi mereka di Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat, Jumat (30/10/2020), berujung urusan dengan polisi setempat.

Lima anggota HOG Siliwangi Chapter Bandung kini menjadi tersangka. Kelima tersangka, yaitu TS (33), BS (18), MS (49), HS (48), dan JA (26). Semuanya telah ditahan di Polres Kota Bukittinggi.

Mereka terjerat kasus penganiayaan di Jalan DR Hamka, sekitar pukul 17.30 WIB. Korbannya bukan orang sembarangan. Dua anggota tim intel di Kodim 0304/Agam: Serda Muhammad Yusuf dan Serda Mustari.

Bagaimana penganiayaan terjadi?

Baca Juga: HOG Siliwangi Chapter Bandung Bantah Djamari Chaniago Ketua Rombongan

Sore itu, Yusuf dan Mustari sedang boncengan sepeda motor Honda Beat nomor polisi BA 2556.

Dari belakang datang konvoi moge. Menurut keterangan resmi TNI AD, konvoi itu ketinggalan rombongan sehingga berjalan terburu-buru demi mengejar kawan-kawan mereka menuju Sabang.

Konvoi nyalip sepeda motor yang dikendarai Yusuf dan Mustari. Cara mereka berkendara kemudian dinilai kurang sopan karena sudah di luar batas kewajaran. Kendaraan yang dikendarai Yusuf dan Mustari ketika itu terpaksa menepi sampai bahu jalan.

Tentara berpakaian sipil itu kemudian menarik gas dan melakukan pengejaran terhadap konvoi dan berhasil menghentikan mereka. Singkat cerita, terjadilah cekcok.

"Yang pada akhirnya terjadi pengeroyokan terhadap kedua prajurit TNI AD tersebut," kata pernyataan resmi TNI AD.

Baca Juga: HOG Siliwangi Chapter Bandung Akan Datangi Korban Pengeroyokan

Setelah kejadian, kedua intel melaporkan kejadian barusan ke kantor polisi.

TNI AD berharap kasus tersebut diproses dengan baik dan benar sesuai ketentuan hukum.

Singkat cerita, polisi segera mengambil tindakan dengan memeriksa korban, saksi, anggota klub, rekaman video peristiwa, serta alat bukti yang lainnya.

Dari situ, polisi kemudian menetapkan pelaku menjadi tersangka. Awalnya, hanya dua anggota klub yang ditingkatkan statusnya menjadi tersangka. Tetapi setelah dilakukan pengembangan dan didapati temuan baru, jumlah tersangka bertambah. Hari ini menjadi lima orang dan ada kemungkinan tambah lagi.

Dari keterangan saksi dan video CCTV sebagaimana yang disampaikan oleh juru bicara Polda Sumatera Barat Komisaris Besar Satake Bayu (Antara) terungkap siapa melakukan apa terhadap dua korban. HS memukul korban sebanyak tiga kali. JA ikut melayangkan pukulan. TS mendorong korban hingga terjerembab.

Satake menekankan siapapun yang memakai jalan umum, mau klub moge atau komunitas pun, harus bisa menghomrati sesama pengguna jalan lain serta menaati peraturan lalu lintas.

"Hormati pengguna jalan lain taati peraturan, kalau memang lampu merah berhenti," kata Satake.

Bukan tempat orang petentang-petenteng

Sejumlah anggota DPR menaruh perhatian pada kasus tersebut. Mereka menekankan bahwa Indonesia merupakan negara hukum.

"Ini negara hukum, bukan tempat untuk orang petanteng-petenteng sewenang-wenang terhadap orang lain," kata anggota Komisi I DPR dari Fraksi Golkar Christina Aryani kepada Novian Ardiansyah, jurnalis Suara.com.

Polisi Bukit Tinggi mendapatkan dukungan anggota dewan untuk memproses siapapun pelanggar hukum supaya di masa mendatang jangan terulang lagi.

Demikian juga anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan TB Hasanuddin, dia menilai anggota klub moge tersebut berlaku arogan di jalan raya.

"Arogan itu sifat yang tidak terpuji apalagi di jalan raya. Siapapun yang melakukan pemukulan atau tindakan kekerasan adalah tindak pidana yang wajib diproses secara hukum, jangan melihat siapapun bekingnya," kata Hasanuddin.

"Kalau anggota kelompok moge yang notebene berasal dari kalangan menengah ke atas bertindak arogan, apa bedanya dengan geng motor. Jadilah pengguna jalan yang baik," purnawirawan mayor jenderal TNI itu menambahkan.

Purnawirawan jenderal didesak minta maaf

Seorang mantan jenderal bintang tiga disebut Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S. Pane menjadi tokoh klub moge itu didesak minta maaf kepada masyarakat, terutama kepada kedua tentara, atas peristiwa di Bukit Tinggi.

"Sikap D yang arogan itu tidak pantas ditiru dan akan membuat dirinya dicibir oleh masyarakat luas, yang pada akhirnya akan merugikan dirinya sebagai pensiunan yang seharusnya dihormati publik," kata Neta S. Pane dalam laporan Suara.com sebelumnya (Hops).

"Jika pengendara moge bersikap ugal-ugalan seperti geng motor, bukan mustahil masyarakat akan memberi perlawanan kepada mereka, dan pengendara moge akan menjadi musuh masyarakat di jalanan," Neta menambahkan.

Menurut pendapat anggota Komisi I DPR dari Fraksi PPP Syaifullah Tamliha klub moge tersebut bersikap arogan karena merasa ada orang kuat yang melindungi.

"Mungkin klub moge tersebut berani melakukan disebabkan di tengah mereka terdapat jenderal purnawirawan bintang tiga yang menjadi pembinanya," kata Syaifullah kepada wartawan pada Minggu (1/11/2020).

Tetapi Tamliha menegaskan negeri ini negeri hukum, jadi tidak ada yang kebal, "termasuk oknum purnawirawan TNI yang memiliki empat bintang sekalipun."

Tetapi HOG Siliwangi Chapter Bandung melalui juru bicara Epriyanto membantah berita yang menyebutkan seorang purnawirawan jenderal D menjadi ketua konvoi. Tetapi dia tidak membantah purnawirawan tersebut ikut dalam kegiatan touring menuju Sabang. 

"Saya ingin meluruskan bahwa tidak demikian adanya, beliau sebagai pecinta motor dan beliau juga sudah sepuh, bukan berarti beliau sebagai ketua rombongan, jika beliau berada dalam satu kegiatan touring tersebut memang benar, tapi bukan sebagai ketua rombongan, saya kira, kita semua harus bijaksana dalam memberikan statement. Dan kita semua juga harus sama-sama menghormati hukum yang saat ini sedang dilakukan oleh Polri dalam hal ini polres setempat," kata dia.

HOG merupakan organisasi yang memiliki anggota yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat. 

"Ini kan organisasi hobi, siapa pun bisa menjadi anggota, tidak terkecuali para petinggi TNI maupun Polri. Namun yang perlu dicatat adalah, dengan bergabungnya mereka bukan berarti mereka menjadi backing atau ketua," kata dia.

HOG Siliwangi Chapter Bandung minta maaf

HOG Siliwangi Chapter Bandung meminta maaf kepada masyarakat, khususnya kepada anggota TNI yang menjadi korban pemukulan di Bukit Tinggi.

Mereka juga meminta maaf kepada seluruh anggota TNI, khususnya Kodim setempat.

Selain itu, komunitas tersebut juga berencana menemui para korban serta datang ke kodim. "Kita ada rencana untuk mendatangi seluruh korban dan juga institusinya, namun tentunya kita menunggu agar situasinya mereda dan juga proses hukumnya berjalan," kata dia.

Melalui keterangan resmi, mereka berjanji untuk menghormati proses hukum yang berlaku.

"Demikian rekan-rekan semua, seluruh permohonan maaf dari kami HOG SBC, dan sekali lagi kami tekankan bahwa kami taat hukum seperti yang tadi disampaikan," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI