Rizal Ramli: Jika Phobia, Otak-atik Soal Faith, Indonesia Bisa Jadi Lebanon

Siswanto Suara.Com
Senin, 02 November 2020 | 05:58 WIB
Rizal Ramli: Jika Phobia, Otak-atik Soal Faith, Indonesia Bisa Jadi Lebanon
Rizal Ramli [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan menteri Rizal Ramli menilai sikap pemimpin negara muslim di dunia memprotes pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron wajar karena mereka menganggap ucapan Macron telah menghina Islam, apalagi  pidato pria 42 tahun itu seolah memperlihatkan dirinya dan rakyat Prancis mengalami islamophobia.

“Macron memang harus menentukan batas kebebasan (Liberte, Egalite, Fraternite) dan faith (kepercayaan),” ujar Rizal Ramli,  baru-baru ini.

Namun, Rizal menilai ada yang aneh jika ada pihak yang mengecam Macron melakukan standar ganda. Di satu sisi malah membiarkan islamophobia terjadi.

“Jika kita mengakui Pancasila, maka tidak boleh phobia terhadap agama apapun, Islam, Kristen, Katolik, Buddhism dan lain-lain,” kata Rizal Ramli tanpa menyebut nama siapa yang dimaksud melakukan standar ganda.

Baca Juga: Macron: Saya Tak Bisa Benarkan Kekerasan Fisik karena Kartun Nabi Muhammad

Rizal mengatakan bila ada pemimpin yang phobia dengan agama tertentu, lalu mengotak-atik kepercayaan orang, maka negara yang dipimpin bisa berubah menjadi seperti Lebanon. Hal serupa juga bisa terjadi bagi Indonesia

“Kalau phobia, otak-atik soal faith, Indonesia bisa berubah jadi Lebanon. Dulu damai dan makmur, ‘Paris van Middle East.’ Dikocok soal agama jadi rusuh terus, makin miskin,” tutur mantan anggota Tim Panel Ekonomi PBB.

Kecaman kepada Presiden Macron didengungkan dari sejumlah ormas di Indonesia. Bahkan, Presiden Joko Widodo juga melontarkan kecaman.

"Indonesia juga mengecam keras pernyataan Presiden Prancis yang menghina agama Islam, yang telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia," kata Presiden Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, akhir pekan lalu.

Presiden Jokowi menyampaikan hal itu seusai bertemu dengan para tokoh agama di Indonesia yang berasal dari Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Konferensi Wali Gereja Indonesia, Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia, Parisada Hindu Dharma Indonesia, Persatuan Umat Buddha Indonesia, Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia  serta Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Agama Fachrul Razi.

Baca Juga: Serangan di Gereja Ortodoks Prancis, Satu Pendeta Ditembak

"Yang bisa memecah belah persatuan antarumat beragama di dunia di saat dunia memerlukan persatuan untuk menghadapi pandemi COVID-19," kata Jokowi.

Presiden Jokowi menilai bahwa kebebasan berekspresi yang mencederai kehormatan, kesucian serta kesakralan nilai-nilai dan simbol agama sama sekali tidak bisa dibenarkan dan harus dihentikan.

"Mengaitkan agama dengan tindakan terorisme sebuah kesalahan besar. Terorisme adalah terorisme. Teroris adalah teroris. Terorisme tidak ada hukum dengan agama apa pun," ujar Presiden Jokowi.

Indonesia pun mengecam keras kekerasan yang terjadi di Paris dan Nice.

"Indonesia mengecam keras terjadinya kekerasan yang terjadi di Paris dan Nice yang telah memakan korban jiwa," ujar Presiden.

Pada Kamis (29/10), penyerang bersenjata pisau menewaskan dua orang dan melukai sejumlah orang lainnya di satu gereja di Kota Nice, Prancis.

Pelaku mengaku ingin membalas pemenggalan guru Sejarah dan Geografi Samuel Paty (47) pada 16 Oktober 2020 di Eragny yang dipenggal oleh pendatang dari Chechnya, Abdoullakh Abouyezidovitch (18), karena Paty menunjukkan kartun nabi Muhammad.

Namun Presiden Macron berpendapat bahwa Paty hanya mengajarkan kebebasan berekspresi dan berpendapat pada para siswanya.

Macron juga mengeluarkan kata-kata soal Islam yang menyinggung umat Muslim.

Macron menyebut "Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis saat ini, di seluruh dunia"

Menurut Macron, pemenggalan guru sejarah tersebut merupakan serangan teroris Islam. Macron juga menuduh Muslim bersikap separatis.

Hal inilah yang membuat sejumlah negara Islam di dunia mengecam pernyataan Presiden Prancis itu. Muncul juga kampanye untuk memboikot produk asal Prancis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI