Bukan Umat Islam, Namun Ini yang Diperangi Presiden Emmanuel Macron

Minggu, 01 November 2020 | 08:50 WIB
Bukan Umat Islam, Namun Ini yang Diperangi Presiden Emmanuel Macron
Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara di depan Basilika Notre-Dame de l'Assomption di Nice, tempat tiga orang dibunuh oleh orang yang diduga teroris pada Kamis pagi waktu setempat (29/10/2020). [AFP/Eric Gaillard]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Emmanuel Macron belakangan ini menjadi buah bibir pemimpin dunia karena dianggap membenci umat Islam membahayakan umat muslim di negaranya.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Emmanuel Macron butuh perawatan mental atas sikapnya terhadap Muslim.

"Apa masalah orang bernama Macron ini dengan Muslim dan Islam? Macron membutuhkan perawatan mental." ujarnya saat pertemuan partai dikutip dari Sky News.

Pernyataan dengan nada serupa juga diungkapkan oleh mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad yang justru mengatakan berhak untuk membunuh jutaan orang Prancis.

Baca Juga: AMBUI: Sikap Islamofobia Emmanuel Macron Bentuk Kebencian pada Islam

"Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian masa lalu," katanya.

Pria yang menjabat sebagai perdana menteri selama 24 tahun itu menyebut Presiden Prancis Emmanuel Macron sebagai sosok yang "tidak menunjukkan bahwa dia beradab", dan "sangat primitif."

Namun, menurut Dr Ayang Utriza Yakin, Ph.D, visiting Pofesor in Islamic & Arabic studies menyebutkan bahwa Presiden Emmanuel Macron tidak mencerminkan sikap islamophobia.

"Macron ingin mencoba membela negaranya termasuk warganegara yang beragam islam, Prancis akan mengambil alih persoalan ...dan memotong islam radikal, bukan islam pada umumnya," jelas Dr Ayang Utriza Yakin di webinar yang ditayangkan di Cokro TV.

Dr Ayang menjelaskan bahwa Prancis saat ini sedang berupaya untuk memerangi islam radikal dan bukan umat Islam pada umumnya.

Baca Juga: Ramai Boikot, Ini Daftar Produk Prancis di Indonesia, Peluru sampai Fashion

"Saya harus tegaskan sama sekali bukan umat islam pada umumnya, orang Islam bebas," tegas Dr Ayang.

Dr Ayang juga memberi kesaksian jika kondisi umat Islam di Prancis dalam kondisi aman. "Saya 7 tahun tinggal di Prancis, tidak ada masalah, ada 2000 masjid... bebas," katanya.

"Yang ingin diperangi Prancis adalah Islam politik radikal yang menciptakan monster-monster teroris," tegas Macron.

Dr Ayang juga menjelaskan pidato Presiden Macron yang jarang terekspos media bahwa Macron justru membela agama Islam di negaranya.

"Macron dalam pidatonya sebanyak 30 lembar dengan tegas mengatakan 'Islam adalah agama yang ada di Prancis, saya tau banyak orang ingin agama itu dihapus dari Prancis, saya pikir pemikiran seperti itu adalah kebodohan'" jelas Dr Ayang.

Macron juga dinilai tidak ingin tunduk pada kecaman-kecaman dari politisi ekstrim kanan dan politisi islam yang dapat memengaruhi persatuan Prancis.

Dr Ayang juga menjelaskan bahwa dalam rancangan undang-undang Macron, sang presiden sedang merencanakan rencana besar untuk umat muslim di Prancis.

"Dari kebijakan UU ini, Macron akan menggelontorkan puluhan miliar euro untuk meningkatkan pengajaran kajian Islam di seluruh universitas di Prancis." jelas Dr Ayang.

Selain itu Macron juga berencana "Akan diambil alih pengajaran agama Islam dan bahasa Arab oleh negara," ujar Dr Ayang.

Dalam undang-undang rancangan untuk menangani separatisme Islam tersebut, Macron menolak islam dalam tiga hal.

"Yang pertama Islam politik, orang boleh berpolitik namun tidak boleh membawa islam sebagai kedok. Kedua Islam yang diwakili oleh kedutaan besar dari negara Prancis." jelas Dr Ayang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI