Suara.com - Pelaku penusukkan di sebuah gereja di Nice, Prancis, sempat video call keluarganya sebelum ia melancarkan serangan brutal yang mencuri perhatian dunia.
Menyadur Sky News, Brahim Aouissaoui berada dalam kondisi kritis setelah ditembak oleh polisi menyusul serangan pada hari Kamis kepada tiga orang di gereja Notre Dame.
Kerabatnya pada hari Jumat mengatakan dia adalah orang yang ramah yang tidak menunjukkan tanda-tanda ekstremisme dan mengaku terkejut atas penangkapannya.
Afef, saudara perempuan pelaku, mengatakan bahwa pemuda berusia 21 tahun tersebut menuju gereja tak lama setelah tiba di kota Prancis pada pagi yang sama dan sedang mencari tempat untuk tidur.
Baca Juga: Emak-emak Buang Tas Produk Prancis Hingga Injak Poster Emmanuel Macron
Melalui video call, tersangka menunjukkan kepada keluarga daerah itu dan mengatakan dia berencana untuk beristirahat di gedung di seberang tempat ibadah.
Setelah melihat laporan berita TV yang menunjukkan tempat insiden tersebut, mereka langsung mengenali tempat itu sebagai area yang diperlihatkan oleh Aouissaoui kepada mereka selama video call.
"Dia menelepon saya kemarin dan memberi tahu saya bahwa dia telah tiba di Prancis, dan saya menjawabnya, 'Mengapa? Mengapa kamu tidak tinggal di Italia? Kamu tidak bisa bahasa Prancis dan kamu tidak kenal seseorang di sana - tidak ada hubungan, tidak ada hubungan. Mengapa Anda melakukan itu (bepergian ke Prancis)?'" ujar Gamra Issawi, ibu tersangka dikutip dari Sky News.
Kakak laki-laki Aouissaoui, Yassin, berkata: "Adikku adalah orang yang ramah dan tidak pernah menunjukkan ekstremisme. Dia menghormati semua orang dan menerima perbedaan bahkan sejak dia masih kecil."
"Dia tidak memberi tahu (bahwa dia berencana meninggalkan Tunisia) dan kami terkejut ketika dia memberi tahu kami bahwa dia telah sampai di Italia." tambah Yassin.
Baca Juga: Wakil Gubernur Sulsel: Pantas Muslim Dunia Boikot Produk Prancis
Setelah sampai di pulau Lampedusa di Mediterania pada tanggal 20 September, Aouissaoui memasuki Prancis, melakukan perjalanan melalui kota Bari di Italia selatan pada tanggal 9 Oktober.
Dia tiba di Nice menggunakan kereta api Kamis pagi dan mengganti pakaiannya di stasiun, sebelum berjalan 400 m ke gereja Notre Dame dimana dia diduga membunuh seorang wanita berusia 60 tahun dan pekerja gereja berusia 55 tahun Vincent Loques.
Wanita tersebut dan Loques meninggal di tempat kejadian, sementara korban ketiga, Simone Barreto Silvaa, ibu tiga anak kelahiran Brasil berusia 44 tahun, berhasil keluar dari gereja ke kafe terdekat dan membunyikan alarm sebelum meninggal.
Sumber keamanan di Tunisia mengatakan keluarga Aouissaoui juga sedang diselidiki, dan saudara perempuannya Afef mengatakan telepon mereka telah disita oleh polisi.
Tetangga Aouissaoui menggambarkan ia seorang pemuda yang berteman dengan pemuda lain di daerah itu dan tidak dikenal sebagai bagian dari kelompok militan agama mana pun.
Sementara itu, Mohsen Dali, seorang pejabat di pengadilan Tunisia, mengatakan Aouissaoui ditangkap pada 2016 karena melakukan kekerasan menggunakan senjata tajam.
Otoritas Tunisia juga telah mengizinkan penyelidikan apakah sebuah kelompok bernama Organisasi Mahdi ada dan terlibat pada insiden di Kota Nice, berdasarkan klaim tanggung jawab yang dibuat di media sosial, kantor berita negara TAP melaporkan.
Otoritas Prancis mengatakan Aouissaoui tidak dikenal oleh dinas keamanan.