Kisah Wafatnya Nabi yang Sangat Pencemburu

Dany Garjito Suara.Com
Jum'at, 30 Oktober 2020 | 16:26 WIB
Kisah Wafatnya Nabi yang Sangat Pencemburu
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

“Demi Allah, engkau adalah malaikat maut. Selamat datang pembawa perintah Allah!” jawab Nabi Dawud ‘alaihissalam. Setelah itu, beliau pun terdiam hingga ruhnya dicabut dan berpisah dengan jasadnya.

Jenazah Nabi Dawud dinaungi burung Madhrahiyyah sehingga tak terkena panas sinar matahari sedikit pun

Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengabarkan, ketika jenazah sang nabi selesai dimandikan dan dikafani, matahari pun terbit. Kemudian, melalui Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, Allah memerintahkan burung menaungi jenazah Dawud ‘alaihissalam dengan sayap-sayapnya. Burung pun menaungi jenazah Dawud dan menaungi para pengiringnya. Sehingga mereka tak terkena sinar matahari sedikit pun, bahkan bumi pun hampir gelap.

Sambil menuturkan kisahnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperagakan kepada para sahabat bagaimana burung itu menahan sayap-sayapnya. Beliau juga menyampaikan bahwa burung-burung bersayap panjang yang menaungi jenazah Dawud pada hari itu dinamai dengan burung Madhrahiyyah.

Artinya: Saat itu, Nabi Sulaiman berkata kepada burung, “Naungilah Dawud!” Maka burung pun menaunginya, hingga bumi pun gelap. Kemudian, Nabi Sulaiman kembali berkata, “Tahanlah sayap demi sayap.” Terakhir, Abu Hurairah berkomentar, “Seraya menahan tangan, Rasulullah saw. memperlihatkan kepada kami bagaimana burung itu menaungi Dawud dan bagaimana pada hari itu, burung al-Madhrahiyyah yang bersayap panjang mampu menaungi jenazah Dawud.” (HR. Ahmad).

Dari kisah di atas, dapat dipetik beberapa pelajaran berharga, di antaranya adalah:

  1. Selama tidak berlebihan cemburu bukan sifat tercela. Buktinya sifat ini ada pada nabi. Terlebih, sifat ini sebagai bentuk perhatian dan perlindungan terhadap pasangan agar tidak diganggu oleh orang lain dan tidak rela diganggu.
  2. Kematian datang tak terduga dan tiba-tiba, baik kepada orang sakit maupun orang sehat. Malaikat maut bisa datang kapan saja, seperti halnya yang terjadi pada Nabi Dawud ‘alaihissalam. Beliau meninggal dalam keadaan sehat walafiat.
  3. Kematian juga tidak mengenal usia. Disebutkan, Nabi Dawud sendiri wafat dalam usia 100 tahun, di mana beliau terbilang muda dibanding dengan usia nabi-nabi yang lain.
  4. Malaikat mampu menjelma dalam wujud manusia. Seperti halnya malaikat maut yang datang kepada Nabi Dawud ‘alaihissalam dalam wujud seorang pria, sebagaimana yang terlihat oleh istrinya.
  5. Nabi Sulaiman ‘alaihissalam memiliki mukjizat berinteraksi dengan binatang, termasuk menundukkan dan memerintah burung Madhrahiyyah untuk menaungi jenazah Nabi Dawud alaihissalam dan para pengiringnya di tengah cuaca panas hingga selesai prosesi pemakaman. (Lihat: Umar Sulaiman al-Asyqar, Shahih al-Qashash al-Nabawi, [Oman: Darun Nafais], 1997, Cetakan Pertama, hal. 139). Wallahu a’lam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI