Denny Sindir Pompeo: Senyumin Aja, Ternyata Doi Gak Lebih Pintar dari Kita

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 30 Oktober 2020 | 15:32 WIB
Denny Sindir Pompeo: Senyumin Aja, Ternyata Doi Gak Lebih Pintar dari Kita
Presiden Jokowi menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat. (Doc: Biro Pers)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo dalam pertemuan dengan Gerakan Pemuda Ansor di Jakarta, Kamis (29/10/2020), menyinggung soal sikap Cina pada Muslim Uighur di Xinjiang dan menyebutnya sebagai ancaman bagi umat beragama.

"Ancaman terbesar bagi masa depan kebebasan beragama adalah perang Partai Komunis Cina terhadap orang-orang dari umat manapun, Muslim, Buddha, Kristen, juga praktisi Falun Gong," kata Pompeo dalam acara yang dipandu oleh tokoh NU Yahya Cholil Staquf.

Pernyataan Pompeo yang menganggap Partai Komunis Cina sebagai salah satu ancaman bagi kebebasan beragama ditanggapi secara satir oleh pegiat media sosial Denny Siregar. Menurut Denny Siregar, bangsa Indonesia tidak terlalu polos menerima pesan Pompeo. 

"Kita senyumin aja, ternyata doi gak lebih pintar dari kita. Yang penting bawa investasinya ke sini aja. Lain-lainnya mah urusan kita. Indonesia itu gak bodoh, mister. Anda salah negara," kata Denny Siregar, Jumat (20/10/2020).

Baca Juga: RI: Laut Cina Selatan Harus Dijaga Sebagai Laut yang Stabil dan Damai

Pertemuan dengan Gerakan Pemuda Ansor merupakan salah satu rangkaian kunjungan Pomeo ke Indonesia.

Pernyataan Pompeo kali ini bukan yang pertama, mengingat isu Muslim Uighur di Xinjiang menjadi salah satu poin dalam konflik kedua negara, yang belakangan memanas dengan sejumlah isu lain.

Atas tuduhan-tuduhan yang dilancarkan itu, Cina menyatakan AS tidak berhak turut campur dalam urusan internal Cina. Cina juga selalu berkilah bahwa kamp yang dibangun di Xinjiang bukan merupakan kamp penahanan, namun kamp pelatihan untuk mencegah terorisme dan pengentasan kemiskinan.

"Namun anda dan kita semua tahu bahwa tidak ada pembenaran atas pemberantasan terorisme dengan membuat Muslim Uighur memakan daging babi pada bulan Ramadan, atau menghancurkan sebuah pemakaman Muslim," tutur Pompeo.

"Tidak ada pembenaran atas pengurangan kemiskinan dengan memaksa sterilisasi atau mengambil anak-anak dari orang tua mereka untuk diajar kembali di sekolah asrama yang dijalankan oleh negara," kata dia.

Baca Juga: Terima Kunjungan Menlu AS, Jokowi Bahas Kerja Sama Ekonomi Hingga Pertahan

Menanggapi bahasan Pompeo tersebut, Yahya Cholil Staquf, yang menjabat sebagai Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, mengatakan bahwa informasi mengenai isu Muslim di Xinjiang saat ini menjadi kabur, karena terdapat bias di tengah konflik Cina-AS.

"Yang kita butuhkan sekarang adalah akses terhadap informasi yang faktual, dan kami menuntut semua pihak, Amerika maupun Cina, untuk jujur dalam hal ini [...] karena keadaannya saat ini jika mengecam Cina maka dianggap anti Amerika, juga sebaliknya," ujar Yahya, ditemui usai acara yang sama.

Yahya menyatakan bahwa sikap NU atas isu Muslim Uighur pun masih belum final dan organisasi itu masih mendalami kebenarannya dengan menunggu mendapatkan informasi yang tepat agar tidak masuk ke dalam situasi bias tersebut.

"Tetapi jelas, jika memang benar terjadi pelanggaran hak asasi (Muslim Uighur di Xinjiang, red), kami tidak akan tinggal diam sebagaimana selama ini kami tidak tinggal diam terhadap nasib rakyat Palestina," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI