Suara.com - Para guru disarankan untuk tak hanya memberikan tugas semata yang membuat siswa terbebani saat belajar online hingga stress sampai bunuh diri di berbagai daerah.
Masukkan itu disampaikan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menanggapi kasus siswa gantung diri di Tarakan, Kalimantan Utara yang stres akibat belajar online.
Sekretaris Jenderal FSGI Heru Purnomo meminta agar para siswa tak dibebani dengan tugas-tugas selama menjalani proses belajara secara daring di masa pandemi ini.
"Kami mendorong sekolah dan para guru mengurangi beban psikologis peserta didik dengan mengurangi beban tuntutan pengumpulan tugas," kata Heru dari Jakarta, Jumat (30/10/2020).
Baca Juga: Siswa Gantung Diri karena Stres Belajar Online, Evaluasi PJJ Kemendikbud
Heru menyebut sekolah dan guru harus bisa mentolelir beban siswa yang terlalu banyak jika siswa tersebut terlambat mengumpulkan tugas sekolahnya, agar tidak stress apalagi hingga bunuh diri.
FSGI juga meminta para guru Bimbingan Konseling (BK) untuk lebih aktif menangani psikologis siswa yang terlalu banyak dibebani tugas selama pandemi.
"Untuk tugas yang sudah menumpuk dan terlanjur tidak dikerjakan di waktu yang lalu bisa dimaafkan, setelah peserta didik diberikan bimbingan dan pembinaan psikologis, setelah mental peserta didik dibina dan disiapkan untuk mengerjakan tugas yang baru di waktu yang akan datang, itulah yang akan ditagih," tegasnya.
Kemendikbud juga diminta untuk mengevaluasi pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan lebih masif mensosialisasikan Surat Edaran Sekjen Kemdikbud No. 15 tahun 2020 tentang tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.
"Kurikulum darurat akan meringankan beban belajar siswa, guru dan orang tua sehingga anak tidak stres," pungkasnya.
Baca Juga: Dilengkapi dengan Trackball, Mouse Terbaru Logitech Didesain Unik
Diberitakan sebelumnya, seorang siswa di salah satu SMP di Tarakan, Kalimantan Utara ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi tempat tinggalnya di Kelurahan Sebengkok, Selasa sekitar 17.00 WITA.
"Berdasarkan keterangan beberapa saksi, korban ini orangnya pendiam tapi pernah mengeluh karena banyak tugas dari sekolah," kata Kasat Reserse dan Kriminal (Reskrim) Polres Tarakan Iptu Muhammad Aldi di Tarakan, Selasa (27/10/2020).
Selanjutnya petugas dari Polres Tarakan membawa korban ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan untuk dilakukan visum.
"Hasil visum tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Posisi korban lidahnya tergigit dan mengeluarkan kotoran, dugaan awal kami memang merupakan murni gantung diri,” jelas Aldi.