Suara.com - Taiwan mencapai 200 hari tanpa kasus Covid-19 yang ditularkan di dalam negeri pada hari Kamis, menjadi salah satu negara yang dipandang meski berdekatan dengan China.
Menyadur The Independent, Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Taiwan terakhir kali melaporkan kasus penularan Covid-19 domestik pada 12 April.
Pejabat CDC mencatat pencapaian tersebut dan berterima kasih kepada publik karena telah berperan, sambil mendesak orang-orang untuk terus mengenakan masker dan sering mencuci tangan.
Sejak pandemi dimulai, Taiwan telah mencatat 553 kasus Covid-19, dan hanya tujuh kematian. Meskipun telah menghentikan penularan domestik, kasus baru terus tercatat pada orang yang datang dari luar negeri.
Baca Juga: Berburu Kuliner Paling Populer Asal Taiwan
Taiwan juga disebut sebagai salah satu negara yang sukses dalam cara menanggapi pandemi, terutama mengingat hubungan bisnis dan pariwisata yang erat dengan China, tempat virus pertama kali muncul akhir tahun lalu.
Namun, pertanyaan tetap ada, apakah pulau itu benar-benar bebas dari virus corona. Media lokal telah mencermati laporan orang-orang yang dites positif Covid-19 setelah meninggalkan Taiwan.
Pihak berwenang mengatakan bahwa mereka menerima pemberitahuan dari otoritas kesehatan Jepang dan Thailand bahwa tiga orang yang baru datang dari Taiwan dinyatakan positif.
Namun Taiwan masih tidak diragukan lagi berhasil menangani penyebaran virus mengingat skala global, lebih dari 44 juta kasus dilaporkan dan 1,1 juta kematian.
Keberhasilan Taiwan sebagian telah dikaitkan dengan penanganan sejak dini. Pejabat langsung memeriksa penumpang dalam penerbangan dari Wuhan, kota tempat pandemi dimulai, pada 31 Desember untuk gejala demam dan pneumonia, menurut para peneliti yang menulis di JAMA, sebuah jurnal medis.
Baca Juga: Konflik China-Taiwan Memanas Setelah Sejumlah Diplomat Baku Hantam di Fiji
Pada 20 Januari, pemerintah secara resmi memulai Pusat Komando Epidemi Pusat untuk mengoordinasikan tanggapan pemerintah antara departemen dan cabang yang berbeda.
Pemerintah juga mengkomunikasikan secara efektif tentang pentingnya memakai masker, sambil mencoba mencegah panic buying dengan menjatahnya.
Taiwan juga dengan cepat memperketat perbatasannya, menangguhkan penerbangan dari Wuhan pada 23 Januari, dan melarang masuknya warga negara China yang tinggal di Wuhan.
Taiwan memberlakukan karantina 14 hari yang ketat untuk semua kedatangan, baik warga Taiwan maupun asing.
Para profesional dengan keahlian teknis memimpin tanggapan terhadap pandemi, seperti mantan Wakil Presiden Taiwan Chen Chien-jen, yang merupakan ahli epidemiologi terlatih.