Suara.com - Aksi penusukan terjadi di Konsulat Prancis di Arab Saudi, di mana seorang penjaga terluka usai ditikam oleh seorang pria.
Menyadur English Al Arabiya, pelaku yang dilaporkan membawa senjata tajam itu melancarkan penyerangan pada Kamis (29/10/2020) pagi.
Kantor Pers Saudi melaporkan pelaku penyerangan kantor di kota Jeddah itu telah ditangkap.
Juru bicara Kepolisian Saudi Mohammed al-Ghamdi mengatakan penjaga yang terluka dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
Baca Juga: Tiga Orang Tewas Ditusuk di Gereja Prancis, Pelaku Teriak Allahuakbar!
Pelaku yang diidentifikasi sebagai pria Saudi, disebutkan berusia 40-an, mengutip laporan ABC News.
Kedutaan Besar Prancis mengonfirmasi aksi penusukan ini melalui cuitan Twitter, mengutuk serangan dan mengimbau warga Prancis di Arab Saudi untuk meningkatkan kewaspadaan.
"(Kedutaan) menegaskan dukungan penuhnya untuk korban dan menyatakan kepercayaannya kepada pihak berwenang Saudi untuk mengungkap keadaan kecelakaan itu dan memastikan keamanan fasilitas Prancis dan komunitas Prancis di Kerajaan Arab Saudi. ”
Lebih jauh, English Al Arabiya menyebut penusukan di Konsulat Prancis untuk Arab Saudi terjadi tepat setelah adanya serangan di dekat gereja kota Nice, di mana seorang perempuan dipenggal dan dua orang lainnya tewas.
Serangan terjadi pada Kamis pagi sekitar pukul 09.00 waktu setempat. Saat jemaat sedang menggelar misa dalam basilika Katolik Roma terbesar di Nice, mengutip Daily Mail.
Baca Juga: Laskar Sholawat Pamekasan Ajak Umat Islam Indonesia Boikot Produk Prancis
Penyerang ditembak dan langsung ditangkap setelah polisi menyerbu lokasi. Adapun pelaku disebutkan bertindak sendiri.
Wali kota Nice Christian Estrosi mengatakan, pelaku terus meneriakkan "Allahu Akbar", bahkan setelah ditangkap.
Estrosi menyebut, si penyerang telah dilarikan ke rumah sakit setelah menderita luka selama penangkapan.
Lebih jauh, Estorsi menganggap insiden penusukan ini sebagai aksi terorisme, mengutip laporan France24.
Serangan di gereja Nice dan Konsulat Prancis untuk Arab Saudi terjadi dua minggu setelah pembunuhan Samuel Paty, guru sejarah yang dipenggal karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW kepada siswanya.
Belakangan, situasi di Prancis semakin panas, tatkala Presiden Prancis Emmanuel Macron bersumpah tak bakal membuat kaum Islamis di negerinya dapat tidur nyenyak.
Sumpah Macron itu kemudian mendapatkan kecaman dari negara-negara mayoritas Muslim, lantaran dinilai melontarkan pendapat yang menghina Islam.
Pernyataan dan sikap Macron dianggap menyudutkan Muslim sekaligus mengglorifikasi Islamofobia.
Tanggapan Arab Saudi atas kontroversi Prancis
Sumber Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengutuk serangan teroris dan semua tindakan yang memicu kebencian dan kekerasan, menurut pernyataan yang dimuat oleh Kantor Pers Saudi.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga disebutkan mengutuk kartun apap pun yang menyinggung Nabi Muhammad dan menolak setiap upaya untuk menghubungkan Islam dan terorisme.
"Kerajaan Arab Saudi menolak setiap upaya menghubungkan Islam dengan terorisme dan mengutuk kartun ofensif Nabi Bimbingan dan Utusan Perdamaian Muhammad bin Abdullah, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian," kata sumber itu dikuti oleh Kantor Pers Saudi.