Suara.com - Setelah presenter Arie Untung, kini Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang jadi pembahasan netizen Indonesia.
Berawal dari seruan Erdogan supaya memboikot produk-produk Prancis. Seruan tersebut dipicu sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron atas kontroversi kartun Nabi Muhammad di Prancis.
Di tengah gelombang protes terhadap Prancis, akun Twitter @Takviri yang memiliki 60 ribu followers memposting foto Erdogan bersama istri, Emine, yang tengah membawa tas dengan salah satu tangan. Mereka melambaikan tangan di depan pintu pesawat terbang sebelum tinggal landas.
"Coba kita lihat apakah Erdogan akan membakar tas Hermes bininya," kata @Takviri.
Baca Juga: Erdogan Gugat Politikus Anti Islam Asal Belanda yang Menyebutnya Teroris
Komentar serta foto yang diunggah @Takviri memantik pembahasan netizen. Sudut pandang mereka berbeda-beda. Sebagian menganalisis harga tas yang dipakai Emine. Sebagian lagi menyinggung aksi Arie Untung baru-baru ini yang menaruh tas brand Prancis milik istrinya di lantai sebagai protes terhadap sikap Macron.
Politikus Ferdinand Hutahaean yang kemarin bercanda dengan aksi Arie Untung, hari ini, kembali komentar setelah membaca pernyataan @Takviri. "Sudahkan ditaruh di lantai?" katanya.
Karikatur Erdogan
Dalam laporan BBC Indonesia, di tengah perang kata-kata antara Erdogan dan Macron, majalah Prancis Charlie Hebdo terbitkan karikatur cabul Erdogan. Ankara kecam publikasi tersebut dengan sebutan “rasisme kebudayaan.“
Turki mengecam majalah Prancis Charlie Hebdo menghidupkan “rasisme kebudayaan“ setelah majalah tersebut pada Selasa (27/10) malam waktu setempat, memajang gambarkarikatur Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di halaman depan edisi terbarunya.
Baca Juga: Ferdinand Tantang Arie Untung Bakar Tas Brand Prancis, Jangan Cuma Ditaruh
Charlie Hebdo dianggap mengejek Erdogan. Karikatur tersebut menggambarkan Presiden Turki sedang duduk di atas sofa dengan mengenakan kaus dan celana dalam berwarna putih, sambil meminum sekaleng bir, sembari menyingkap rok seorang wanita berkerudung hingga memperlihatkan bokongnya yang telanjang. “Ooh, sang nabi,“ kata karakter itu.
Sementara karikatur tersebut diberi judul “Erdogan: Secara Pribadi, Dia Sangat Lucu.“
Menanggapi publikasi tersebut, salah seorang juru bicara Erdogan, Fahrettin Altun, melalui cuitannya, "mengutuk upaya paling menjijikan dari publikasi ini untuk menyebarkan rasisme kebudayaan dan kebencian,” tulisnya via Twitter.
Karikatur ini pun sontak semakin memanaskan perselisihan antara Erdogan dan Macron yang meletup sejak beberapa pekan lalu.
Karikatur Charlie Hebdo muncul di tengah perang kata-kata antara Erdogan, Macron, dan pemimpin Eropa lainnya soal sekularisme dan Islam, menyusul aksi teror pemenggalan kepala seorang guru sekolah Prancis, Samuel Paty.
Dia dibunuh setelah memperlihatkan karikatur Nabi Muhammad buatan Chalie Hebdo saat mengajar di kelas.
“Agenda anti-Muslim Presiden Prancis Emmanuel Macron membuahkan hasil! Charlie Hebdo baru saja menerbitkan sebuah seri yang disebut kartun dengan gambar-gambar tercela yang konon adalah presiden kita,” cuit Altun lagi.
Macron selama ini menegaskan akan tetap berpegang teguh pada tradisi dan hukum sekuler Prancis, yang menjamin kebebasan berbicara yang memungkinkan publikasi seperti Charlie Hebdo dapat dilakukan.
Macron juga mengatakan agama Islam tengah mengalami krisis di seluruh dunia dan meminta warga muslim Prancis agar bersikap loyal kepada konstitusi republik.
Di bawah prinsip-prinsip sekularisme Prancis atau laïcité, institusi keagamaan tidak memiliki pengaruh atas kebijakan publik yang diemban pemerintah. Idenya adalah untuk menjamin kesetaraan semua kelompok agama dan keyakinan di mata hukum.
Macron menuduh minoritas muslim Prancis sedang mengalami “separatisme Islam,” di mana warga lebih menaati hukum Syariah ketimbang konstitusi negara.
Sindir Macron periksa kesehatan mental
Sebelumnya Erdogan menyindir keras Macron dengan mengatakan bahwa Presiden Prancis itu perlu memeriksa kesehatan mentalnya.
Pernyataan Macron dinilai Erdogan menyudutkan Islam. Erdogan pun menyerukan pemboikotan produk-produk berlabel Prancis.
Paris kemudian memanggil duta besarnya di Ankara untuk dimintai konsultasi perihal situasi ini.
Sebelumnya, Charlie Hebdo telah menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad pada awal bulan lalu, yang kemudian mendapat kritikan keras dari negara-negara Muslim di dunia.
Kini, situasi telah berkembang di mana gerakan anti-Prancis menggema di sejumlah negara antara lain Turki, Pakistan, Yordania, Libya, dan Qatar.