Suara.com - Prancis dan Jerman mengumumkan lockdown nasional kedua untuk mencoba mengekang lonjakan kasus Covid-19 dan angka kematian.
Menyadur Sky News, Presiden Emmanuel Macron mengonfirmasi lockdown nasional kedua tersebut akan dimulai Jumat ini dan berlangsung hingga 1 Desember.
Aturan pembatasan terbaru mencakup perintah tinggal di rumah kecuali untuk berolahraga selama satu jam sehari, mencari perawatan medis atau membeli kebutuhan pokok.
Restoran, bar, toko-toko yang tidak menjual bahan kebutuhan pokok, beberapa perbatasan akan ditutup. Warga juga dilarang untuk bepergian antar daerah.
Baca Juga: Kartun Hina Nabi Harus Dikecam, Penggal Kepala Guru Juga Tindakan Brutal
Mahasiswa dan mahisiwi di universitas akan belajar secara online namun sekolah akan tetap dibuka. Dan siapa pun yang berada di luar rumah harus membawa dokumen yang membenarkan perjalanan mereka, yang dapat diperiksa oleh polisi.
Surat kabar Le Parisien mengatakan kantor Perdana Menteri Prancis telah mengonfirmasi bahwa orang hanya diperbolehkan berada dalam jarak 1 km dari rumah mereka.
Presiden Prancis mengatakan Covid-19 menyebar lebih cepat dari yang diperkirakan, dan semua wilayah dalam keadaan siaga tinggi.
Macron menambahkan negaranya, bersama dengan tetangganya di Eropa, telah tenggelam oleh penyebaran cepat Covid-19, dan gelombang kedua kemungkinan akan lebih keras dan lebih mematikan.
Prancis baru-baru ini mencatat puluhan ribu kasus virus corona setiap hari. Pada Rabu malam, dilaporkan 36.437 kasus baru, naik dari 33.417 di hari sebelumnya.
Baca Juga: Arie Untung Ditantang Bakar Tas Brand Prancis dan 4 Berita Populer Lainnya
Pada hari Selasa Prancis mengkonfirmasi angka kematian harian tertinggi sejak April yakni 523 kasus. Dan lebih dari separuh unit perawatan intensif negara itu diisi dengan pasien Covid-19.
Macron juga memperkirakan jika pendekatan herd immunity (kekebalan kelompok) dapat menyebabkan 400.000 kasus kematian akibat virus tersebut.
Beberapa jam sebelum Prancis mengumumkan lockdown, Kanselir Jerman Angela Merkel juga telah menetapkan bahwa Jerman akan memasuki lockdown selama empat minggu mulai 2 November.
Bar, pub, pusat kebugaran, bioskop, dan teater ditutup. Sedangkan restoran hanya akan melayani pesanan takeaways.
Pertemuan dalam ruangan yang berisi lebih dari 10 orang akan ditutup. Namun, hotel akan tetap dibuka hanya untuk alasan penting. Toko tetap buka tetapi dengan maksimal satu orang per 10 meter persegi.
Merkel mengatakan sekolah dan pusat penitipan anak akan tetap buka. Dia juga ingin memastikan panti jompo masih bisa menerima pengunjung selama penguncian.
Dia mengatakan tindakan keras diperlukan untuk mencegah rumah sakit kewalahan karena Jerman menghadapi lonjakan kematian dan kasus virus corona.
"Kami perlu mengambil tindakan sekarang," katanya, menambahkan kunci untuk meredakan situasi adalah dengan mengurangi kontak sambil membatasi kerusakan ekonomi.
Kanselir mengatakan jumlah tempat tidur perawatan intensif yang terisi meningkat dua kali lipat dalam 10 hari.
Merkel mengatakan dia yakin lockdown singkat ini dapat memperlambat kasus Covid-19 dan memastikan rumah sakit dapat terus mengatasinya.
"Jika laju infeksi terus berlanjut seperti ini, maka kami akan mencapai batas yang dapat dikelola oleh sistem kesehatan dalam beberapa minggu," katanya.
Sebanyak 16 gubernur negara bagian di seluruh wilayah Jerman menyetujui penguncian melalui panggilan video.
Sebelumnya pada hari Rabu, badan pengontrol penyakit Jerman mengkonfirmasi rekor 14.964 kasus virus corona baru yang dikonfirmasi dalam satu hari, menjadikan total nasional menjadi 449.275 kasus.
Prancis dan Jerman tidak sendirian mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang begitu cepat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan Eropa menghadapi lonjakan kematian 35% dalam tujuh hari dibandingkan minggu sebelumnya.
Belgia, Belanda, sebagian besar Spanyol dan Republik Ceko mengalami tingkat infeksi virus Covid-19 yang sama tingginya.
Pemerintah Eropa telah putus asa untuk menghindari lockdown nasional karena takut akan lebih banyak penderitaan ekonomi - dan protes telah pecah di beberapa negara yang telah memperketat tindakan.
Beberapa demonstrasi anti-lockdown berakhir ricuh, termasuk di Italia di mana demonstran sayap kanan bentrok dengan polisi di Roma, Turin dan Napoli.