Suara.com - Anggota DPR RI Fadli Zon menyebut generasi milenial mendapatkan warisan dari rezim saat ini. Warisan tersebut berupa utang yang menggunung.
Hal itu disampaikan oleh Fadli Zon melalui akun Twitter milikny @fadlizon.
Ia menyebut generasi milenial saat ini mendapatkan warisan utang yang begitu besar dari rezim pemerintahan saat ini.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu menyebut rezim tersebut adalah rezim yang bingung.
Baca Juga: Henry Dipermalukan Fadli Zon, Analis: Sungguh Memalukan Tak Mampu Meladeni
"Generasi milenial punya tugas sejarahnya sendiri, yang jelas sekarang ini ketiban warisan utang yang menggunung dari sebuha rezim yang bingung," kata Fadli Zon seperti dikutip Suara.com, Kamis (29/10/2020).
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Hingga akhir Agustus 2020, Bank Indonesia mencatat ULN Indonesia mencapai USD 413,4 miliar atau sekitar Rp 6.101,8 triliun.
Jumlah ULN Indonesia itu mengalami peningkatan 5,7 persen dibandingkan jumlah ULN di periode yang sama pada 2019.
Indonesia sendiri masuk dalam 10 negara dengan pendapat kecil-menengah yang memiliki utang terbanyak.
Baca Juga: Perang Twit dengan Henry Subiakto, Fadli Zon: Daya Tangkap Orang Ini Kurang
Hal ini terungkap dalam International Debt Statistics 2021 (Statistik Utang Internasional 2021) yang baru saja dikeluarkan oleh Bank Dunia.
Dalam laporan itu menyebutkan Indonesia dengan jumlah utang luar negeri sebesar 402,08 miliar dolar AS atau sekitar Rp 5.940 triliun (kurs Rp 14.775) di tahun tahun 2019.
Laporan tersebut menempatkan Indonesia di peringkat ke-7 setelah China, Brazil, India, Rusia, Meksiko, dan Turki.
Banyak yang mengkhawatirkan besarnya utang luar negeri Indonesia ini. Namun, staf khusus Menteri Keuangan untuk Bidang Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi, Masyita Crystallin, menyatakan utang Pemerintah Indonesia masih aman dan terjaga.
“Data ini adalah data utang luar negeri total, termasuk swasta. Kalau melihat dari sisi porsi utang pemerintah saja, dalam jangka panjang risiko fiskal kita masih terjaga karena beberapa alasan," kata Masyita dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu (14/10/2020).
Masyita pun menjelaskan beberapa alasan tersebut, pertama, porsi utang valas (29 persen per 31 Agustus 2020) masih terjaga sehingga resiko nilai tukar lebih bisa dikelola dengan baik (manageable).
Kedua, profil jatuh tempo utang kita juga cukup aman dengan average time maturity atau ATM 8,6 tahun (per Augstus 2020) dari 8.4 tahun dan 8,5 tahun di tahun 2018 dan 2019. Rata-rata utang Pemerintah merupakan utang jangka.