Suara.com - Virus Covid-19 dinyakini tumbuh subur di sebuah ruang bawah tanah yang dijadikan tempat berlindung warga Nagorno-Karabakh dari perang.
Menyadur Channel News Asia, Rabu (28/10/2020) sebuah ruangan bawah tanah di Stepanakert, ibu kota provinsi Nagorno-Karabakh yang disengketakan, menjadi tempat berlindung warga dari perang.
Ruangan tersebut dilaporkan sangat sempit, memiliki ventilasi yang buruk dan tidak ada masker.
Di ruangan bawah tanah tersebut penduduk mencari perlindungan dari serangan penembakan yang sering dilakukan oleh pasukan Azerbaijan, termasuk pada hari Jumat (23/10) malam.
Baca Juga: Kota Ganja Dihantam Misil, 12 Warga Azerbaijan Tewas
Mayoritas dari 60.000 penduduk Stepanakert melarikan diri setelah pertempuran meletus akhir bulan lalu antara separatis di wilayah pegunungan mayoritas Armenia dan tentara Azerbaijan.
Kamar terbesar di basement - sekitar 50 meter persegi dengan langit-langit kurang dari 2 meter - berfungsi sebagai tempat tidur.
Sekitar sepuluh kasur dan selimut diletakkan di atas batu yang disusun di dinding dan lantainya dilapisi dengan kotak karton.
Beberapa lampu redup tergantung dari langit-langit di atas tungku kayu tua di tengah ruangan, cerobongnya menuju ke dinding luar.
Lusine Tovmasyan dahulu menjalankan sebuah pusat pengujian medis di Stepanakert. Tetapi ketika pertempuran meletus empat minggu lalu, pria berusia 44 tahun itu mulai bekerja untuk otoritas kesehatan, melakukan tes Covid-19 di rumah sakit utama atau di rumah penduduk yang tidak dapat bepergian.
Baca Juga: Pertempuran Mematikan, Armenia Akui Pasukannya Banyak Jadi Korban
Pada Jumat pagi Tovmasyan tiba di gedung untuk menguji dua wanita berusia 63 dan 76 tahun yang diduga terinfeksi Covid-19.
Infeksi Tinggi
"Kami melakukan rata-rata 60 tes per hari," kata Tovmasyan. "Tingkat infeksi cukup tinggi," katanya karena orang hidup berkelompok di ruang bawah tanah tanpa masker.
"Antara 40 persen hingga 60 persen orang dinyatakan positif. Itu tergantung pada hari." ungkap Tovmasyan.
Setelah tes diproses di ibu kota Armenia, Yerevan, Tovmasyan mengatakan petugas kesehatan mengumpulkan daftar yang kembali positif dan orang-orang yang berhubungan dengan mereka.
Tidak ada pengujian di klinik penyakit menular di dekat rumah sakit pusat di Stepanakert, tetapi fasilitas tersebut merawat pasien dengan gejala virus corona.
Samvel Galstyan (62), seorang warga yang tinggal di ruang bawah tanah tersebut mengaku tidak tahu apakah dia mengidap virus corona atau tidak. Dia datang ke fasilitas tersebut karena dia merasa demam.
"Dingin sekali di ruang bawah tanah. Anda pergi tidur dan bangun tanpa mengganti pakaian. Anda tidak bisa tinggal di sana jadi Anda sering keluar-masuk. Panas, dingin, panas, dingin, dan inilah saya," kata Samvel.
Raya Simonyan, kepala dokter di bangsal fasilitas tersebut memperkirakan bahwa 90 persen dari penduduk Stepanakert yang tersisa mengidap Covid-19, tetapi dia mengakui dia tidak memiliki angka resmi.
"Situasinya sangat buruk (...) Mayoritas warga sakit," kata Raya Simonyan.
Kembali di ruang bawah tanah, seorang gadis remaja berusia 15 tahun berambut coklat muncul dari bawah selimut besar. Di sampingnya di tepi tempat tidur, ibu gadis itu menatap kosong.
Suami dan putranya bertempur di garis depan, katanya, dan dia tidak tahu persis di mana mereka berada meskipun dia sering berbicara dengan mereka.
"Kami ingin perdamaian dan perang berakhir secepat mungkin," katanya sambil menangis.