Kartun Hina Nabi Harus Dikecam, Penggal Kepala Guru Juga Tindakan Brutal

Siswanto Suara.Com
Rabu, 28 Oktober 2020 | 14:54 WIB
Kartun Hina Nabi Harus Dikecam, Penggal Kepala Guru Juga Tindakan Brutal
Akhmad Sahal atau Gus Sahal. (YouTube/CokroTV)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron dikecam banyak kalangan di Indonesia karena dianggap telah menyudutkan agama Islam.

Pernyataan Macron yang dikecam itu merupakan buntut dari kasus pemenggalan kepala seorang guru sejarah, Samuel Paty, oleh warga keturunan Chechnya menyusul pemakaian kartun Nabi Muhammad SAW dalam materi pelajaran kebebasan berekspresi di salah satu sekolah.

Kementerian Luar Negeri telah memanggil Duta Besar Prancis untuk Indonesia dan menyampaikan kecaman terhadap pernyataan Macron.

Menteri Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD mengatakan Macron harus tahu bahwa agama Islam adalah agama rahmah. Mahfud menambahkan, tapi pemeluk agama apapun akan marah kalau agamanya dihina. "Kalau tak paham itu berarti dia mengalami krisis gagal paham," kata Mahfud melalui media sosial yang dikutip Suara.com, Rabu (28/10/2020).

Baca Juga: Anggota DPR Puji Menlu Panggil Duta Besar Prancis

Tetapi menurut Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Amerika Akhmad Sahal seharusnya kecaman terhadap Macron juga harus disertai dengan mengutuk kekerasan terhadap Samuel Paty yang disebut Akhmad Sahal sebagai sebuah "tindakan brutal."

"Pak Mahfud, kecaman terhadap Macron harus disertai dengan mengutuk pemenggalan Samuel Paty, guru yang tunjukkan kartun Nabi. Kartun hina Nabi harus dikecam keras. Tapi pemenggalan kepala si guru adalah tindakan brutal yang sama sekali tak dibenarkan. Juga sebabkan muslim Prancis tersudut," katanya yang dikutip Suara.com dari media sosial.

Menurut laporan BBC Indonesia, Samuel Paty dipenggal pada 16 Oktober oleh remaja berusia 18 tahun Abdullakh Anzorov, di luar Paris, setelah memperlihatkan kartun Nabi Muhammad kepada para muridnya dalam pelajaran kebebasan berbicara.

Pembunuhan guru terjadi di tengah pengadilan serangan tahun 2015 terhadap Charlie Hebdo, majalah satiris yang menerbitkan kartun.

Demonstrasi berlangsung di seluruh Prancis setelah pembunuhan Paty.

Baca Juga: Macron Bikin Tengku Kesal: Ramai Negara Boikot Produk Prancis, NKRI Gimana?

Potretnya dan kartun Nabi Muhammad dipancarkan di balai kota dia dua kota Prancis minggu lalu sebagai penghargaan keapda guru itu.

Dalam upacara pemakaman, Macron memuji Paty dan berjanji akan terus "melanjutkan perjuangan kebebasan, kebebasan untuk membela Republik yang menjadi wajahmu."

Kematian Paty terjadi dua minggu setelah Presiden Prancis menggambarkan Islam sebagai agama yang berada dalam "krisis" dan mengumumkan langkah baru untuk menangani apa yang ia sebut "separtisme Islamis."

Sekulerisme atau laïcité menjadi lambang identitas Prancis.

Menekan kebebasan ekspresi untuk mellindungi salah satu komunitas mengancam persatuan, menurut landasan negara itu.

Populasi Muslim di Prancis terbesar di Eropa Barat dan sejumlah kalangan menuduh pemerintah menggunakan alasan sekulerisme untuk menyasar Muslim.

Dalam cuitan Senin (26/10), Macron mengatakan Prancis "tidak akan menyerah namun juga akan menghargai semua perbedaan dengan semangat perdamaian."

"Kami tidak menerima ujaran kebencian dan membela debat yang memiliki landasan. Kami selalu mengedepankan martabat manusia dan nilai-nilai universal," tulisnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI