Suara.com - Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indikator Burhanuddin Muhtadi memaparkan hasil temuan lembaganya soal kemerosotan demokrasi di Indonesia.
Burhanuddin Muhtadi mengatakan, saat ini demokrasi di Indonesia kian melorot lantaran kebebasan publik banyak berkurang.
Pasalnya, dewasa kini semakin banyak orang takut untuk menyuarakan pendabatnya apabila bertentangan dengan sistem yang ada.
Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Burhanuddin Muhtadi dalam Kabar Petang TV One News yang videonya diunggah ke Kanal YouTube pada Selasa (27/10/2020).
Baca Juga: 5 Hits Bola: Diledek Sahari Gultom Wajah Tomat, Begini Balasan Bagus Kahfi
Pembawa acara Kabar Petang sebelumnya mengawali pembicaraan dengan data yang didapatkannya. Berdasar data yang ada, 21,9 persen responden mengatakan takut berpendapat.
Burhanuddin Muhtadi tidak mengelaknya. Sebab, menurutnya masyarakat dunia pun mengatakan hal yang sama. Mereka menilai demokrasi di Indonesia melorot.
"Dasar kami itu banyaknya laporan demokrasi dunia yang menilai kemerosotan demokrasi di Indonesia. Tapi hampir di semua negara juga sama," kata Burhanuddin Muhtadi seperti dikutip Suara.com.
"Kami menanyakan dari berbagai aspek. Aspek pertama sistem normatif. Aspek kedua yang nyata, indeks kebebasan sipil seperti protes, menyatakan pendapat tanpa represif, mengemukakan pendapat, dan sebagainya," imbuhnya.
Menurut survei yang ada, sebanyak 62 persen masyarakat Indonesia masih percaya bahwa demokrasi adalah sistem yang terbaik. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa demokrasi tidak dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Baca Juga: Tarif Tiket Pesawat Lebih Murah hingga Akhir Tahun, Pilih 4 Maskapai Ini
Pasalnya, masih banyak orang takut mengemukakan pendapat lantaran takut dipidanakan.
"62 persen masyarakat Indonesia masih percaya demokrasi sistem terbaik, tetapi sekarang ini warga makin takut menyampaikan pendapat?" ujar Burhanuddin Muhtadi.
"Banyak responden mengafirmasi itu, setuju atau agak setuju," tegasnya lanjut.
Oleh sebab itu, Burhanuddin Muhtadi kemudian memberikan nilai demokrasi Indonesia dengan rapor kuning cenderung merah.
"Ada raport kuning kemerah-merahan terkait potensi merosotnya kualitas kebebasan sipil kita," ungkapnya.
Lebih lanjut lagi, Burhanuddin Muhtadi mengatakan bahwa salah satu penyebab merosotnya demokrasi adalah UU ITE yang banyak digunakan untuk menjerat orang.
Menurutnya, dalam hal ini bukan negara saja yang menjadi aktornya. Masyarakat sipil lain pun tak jarang menggunakan UU ITE sebagai alasan melaporkan orang ke pihak kepolisian.
"Salah satunya UU ITE meningkat ratusan persen dibanding sebelumnya. Aktornya bukan cuma negara, tetapi juga munculnya medsos yang destruktif, lawan harus dihabisi, polisi jadi harus menerima banyak laporan. Ini menciptakan atmosfer ketakutan yang membuat masyarakat bebas," tutur Burhanuddin Muhtadi.
"Mungkin alam bawah sadar mengatakan sekarang ini kebanyakan menganggap polisi semakin gambang mempidanakan orang," lanjutnya.
Kendati begitu, Burhanuddin Muhtadi menganggap seharusnya opini publik di media sosial tidak perlu terlalu dipermasalahkan kecuali memang mengandung SARA dan mengujarkan kebencian.
"Buat saya sepanjang tidak bersifat SARA atau mengumbar kebencian, hanya sekadar perbedaan politik ya biasa saja. Itu konsekuensi demokrasi. Yang penting masyarakat belajar dari perbedaan, jangan sedikit-sedikit kriminalisasi," tandasnya.
Lihat video lengkapnya disini.