Untuk kandidat Demokrat Joe Biden, semua hal menjadi lebih mudah. Ia menyalahkan Trump karena kesalahannya menangani ekonomi selama pandemi dan berjanji dengan strategi “Build Back Better”-nya (bangun kembali dengan lebih baik), para kaum pekerja dan kelas menengah akan berada di posisi yang lebih baik daripada empat tahun di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Dalam situasi seperti ini, “biasanya lebih sulit bagi petahana karena mereka adalah orang yang berkuasa, memiliki kebijakan dan yang bertanggung jawab,” kata Wilson.
Isu ras Kasus tewasnya George Floyd di tangan polisi Minneapolis pada bulan Mei telah membangkitkan kembali gerakan Black Lives Matter (BLM) di seluruh negeri.
Ketegangan rasial telah menjadi bagian dari sejarah AS sejak budak kulit hitam pertama tiba di negeri ini. Akan tetapi “musim panas ini jelas merupakan momen bersejarah,” ujar Wilson.
Orang Amerika kulit hitam dan kulit putih tidak hanya memprotes kekerasan polisi yang ditargetkan kepada kaum tertentu tetapi juga terhadap apa yang mereka anggap sebagai rasisme sistemik yang ada di AS.
Mereka menyerukan reformasi kepolisian berskala besar dan beberapa bahkan menyerukan pencairan dana kepolisian. Kritik terhadap gerakan tersebut, kebanyakan berasal dari mereka yang konservatif, telah memusatkan perhatian pada kekerasan yang terjadi di beberapa kota selama protes. Begitu pula dengan Presiden Trump, yang menyebut “Black Lives Matter” sebagai “simbol kebencian” dan berjanji akan memulihkan hukum dan ketertiban di jalan. Menurut Wilson, meskipun ini amat menggeramkan pendukung BLM, hal ini bekerja untuk pendukung Trump.
“Pesan yang disampaikan Trump adalah bentuk mobilisasi untuk pemilih Trump, para pemilih di dalam Partai Republik dan mungkin beberapa kaum independen yang condong ke kanan,” kata profesor ilmu politik itu. “Tema, janji dan kebijakan - semua yang Presiden Trump lakukan ditujukan untuk menargetkan para pendukung konservatifnya.”
Kaum liberal mengkritik bahwa tindakan Trump hanya memperkeruh suasana. Mereka meyakini bahwa seorang presiden seharusnya mempersatukan negara alih-alih menuangkan minyak ke atas api.
Aborsi “Aborsi adalah topik penting dalam pemilihan presiden 2020,” kata Wilson. Ini adalah topik yang paling penting bagi sebagian besar basis Trump: Protestan berkulit putih. Walau kelompok ini hanya terdiri dari 15% populasi AS, mereka pergi ke tempat pemungutan suara dalam jumlah besar.
Baca Juga: Donald Trump Ejek Joe Biden karena Lupa Namanya saat Pidato
Bahkan menurut jajak pendapat National Election Pool atau Kelompok Pemilihan Nasional, kelompok ini menyumbang lebih dari seperempat semua pemilih pada tahun 2016.