Suara.com - Insiden baku tembak dan upaya pembobolan penjara dilaporkan di Nigeria, seiring kerusuhan yang dipicu penembakan pengunjuk rasa di kota terbesarnya terus berlanjut.
Kelompok pemantau hak asasi Amnesty International mengatakan pasukan keamanan menewaskan sedikitnya 12 orang di Lagos pada Selasa (20/10).
Tentara Nigeria membantah telah membunuh demonstran di daerah Lekki, memicu lebih banyak kemarahan.
Unjuk rasa dimulai sekitar dua minggu lalu ketika demonstran yang sebagian besar merupakan anak muda menuntut pembubaran unit polisi yang terkenal kejam.
Baca Juga: Pertama Kalinya, Dua Wanita Ini Bersaing Memperebutkan Posisi Pimpinan WTO
- Demo tolak Omnibus Law di 18 provinsi diwarnai kekerasan, YLBHI: 'Polisi melakukan pelanggaran'
- Perempuan Nigeria angkat suara setelah gelombang kekerasan seksual
- 'Rumah-rumah penyiksaan' di Nigeria dengan kedok pesantren
Pasukan Khusus Anti-Perampokan (SARS), yang berada di pusat protes terhadap kebrutalan polisi, dibubarkan pada 11 Oktober.
Para pengunjuk rasa mengerahkan massa ke jalan dengan menggunakan tagar #EndSars.
Insiden penembakan tersebut telah memicu seruan dari berbagai belahan dunia agar mereka yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawabannya.
Dalam pidato singkat yang disiarkan di televisi pada hari Kamis, Presiden Nigeria Muhammadu Buhari mendesak para pengunjuk rasa untuk berhenti berdemonstrasi dan berdialog dengan pemerintah "untuk mencari solusi".
Ia tidak menyebut soal penembakan pengunjuk rasa di Lagos dalam pidatonya.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan 7 Garis Keturunan Covid-19 di Nigeria, Apa Maksudnya?
Sebelumnya, wakil presiden Nigeria menjanjikan keadilan bagi para korban yang ditembak selama unjuk rasa.
Di Lagos dan daerah-daerah lain di Nigeria, telah terjadi pembakaran gedung-gedung, penjarahan pusat perbelanjaan, dan penyerangan penjara sejak penembakan tersebut.
Pemerintah negara bagian Lagos memberlakukan larangan keluar rumah sampai waktu yang tidak ditentukan terhadap 20 juta penduduk kota pesisir itu pada Selasa malam.
Negara bagian lain mengambil tindakan serupa, termasuk Anambra, yang memberlakukan larangan keluar rumah selama 24 jam pada hari Kamis (22/10).
Awal tahun ini, Amnesty berkata mereka telah mendokumentasikan sedikitnya 82 kasus penyiksaan, penganiayaan, dan eksekusi ekstra-yudisial antara Januari 2017 dan Mei tahun ini yang dilakukan anggota Sars.
Presiden Buhari membubarkan Sars pada 11 Oktober. Namun aksi protes terus berlanjut, dan berubah menjadi tuntutan reformasi yang lebih luas kepada polisi dan pemerintah.
Kerusuhan tak kunjung reda
Suara tembakan terdengar di penjara Ikoyi di Lagos setelah percobaan pembobolan penjara digagalkan oleh tentara dan polisi pada hari Kamis. Narapidana dilaporkan telah melarikan diri dari penjara lain setelah serangan di negara bagian Ondo dan Delta.
Reporter BBC juga mendengar suara tembakan di daerah Surulere di Lagos dan melihat ban-ban yang dibakar.
Di pinggiran kota Lekki, beberapa mil dari gerbang tol tempat penembakan hari Selasa terjadi, jurnalis lain mengepos video tentang pusat perbelanjaan yang terbakar.
https://twitter.com/KayodeAkintemi/status/1319154261297664000
Gedung Pengadilan Tinggi di Pulau Lagos, daerah permukiman tertua di kota itu, juga dibakar pada hari Rabu.
Penduduk setempat mengatakan gedung itu dijarah oleh para pengacau yang mengambil barang-barang yang telah disita oleh pengadilan, dan bahwa kobaran api berlangsung lama hingga larut malam.
Stasiun TV besar Nigeria yang dikaitkan dengan seorang politikus dari partai yang berkuasa juga dibakar, sementara istana pemimpin tradisional paling senior di Lagos diobrak-abrik.
Reaksi pemimpin Nigeria
Dalam pidato singkat pada hari Kamis, Presiden Buhari menyerukan kepada mereka yang ikut serta dalam protes untuk "tidak tergoda oleh beberapa elemen subversif untuk menyebabkan kekacauan".
"Jika melakukan sebaliknya, Anda akan merusak keamanan nasional serta situasi hukum dan ketertiban. Dalam keadaan apa pun, ini tidak akan ditoleransi," ujarnya.
"Karena itu saya menyerukan kepada para pemuda untuk menghentikan protes di jalanan dan secara konstruktif berdialog dengan pemerintah untuk mencari solusi."
Wakil Presiden Yemi Osinbajo sebelumnya mengetwit bahwa ia "turut berbelasungkawa atas semua korban penembakan di Lekki, juga atas polisi dan semua orang lain yang kehilangan nyawa mereka dalam beberapa hari terakhir di berbagai bagian Lagos dan negara bagian lain" .
Ia tidak mengonfirmasi bahwa aparat keamanan telah menembak para pengunjuk rasa.
Gubernur Negara Bagian Lagos Babajide Sanwo-Olu mengatakan sekitar 25 orang terluka dalam "insiden penembakan yang patut disayangkan", dan satu orang tewas karena "trauma benda tumpul di kepala".
Dalam wawancara dengan BBC, Menteri Kepolisian Nigeria Muhammad Maigari Dingyadi membantah bahwa pasukan keamanan menembak mati pengunjuk rasa di gerbang tol Lekki.
"Saya tidak bisa mengatakan sebenarnya siapa yang terlibat dalam penembakan itu. Mungkin ada beberapa oknum yang bersenjata, menembak orang di sana-sini," katanya.
Pernyataan itu dibantah oleh Amnesty dan beberapa saksi mata, yang mengatakan pria berseragam menembaki sekitar 1.000 demonstran.
Amnesty International Nigeria mengatakan 10 dari 12 orang yang tewas Selasa berada di gerbang tol Lekki.
Bukti dari catatan rumah sakit dan keterangan saksi mata menunjukkan "militer Nigeria menembaki ribuan orang yang secara damai menuntut pemerintahan yang baik dan diakhirinya kebrutalan polisi" di gerbang tol, Amnesty menambahkan.
Bagaimana reaksi dunia internasional?
Muncul berbagai seruan kepada pemerintah Nigeria untuk mengakhiri kekerasan dan menyelidiki insiden hari Selasa, yang telah menimbulkan keprihatinan dari dunia internasional.
Uni Afrika pada hari Kamis mendesak "semua aktor politik dan sosial untuk menolak penggunaan kekerasan dan menghormati hak asasi manusia dan supremasi hukum".
PBB, Uni Eropa, Inggris dan AS semuanya telah meminta mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut untuk dimintai pertanggungjawaban.
https://twitter.com/DominicRaab/status/1318965153799483399
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet, mengatakan laporan bahwa lampu dimatikan dan kamera CCTV dicopot di lokasi kejadian sebelum serangan menunjukkan insiden itu "diniatkan, direncanakan, dan dikoordinasikan".
AS berkata mereka menyambut "penyelidikan segera atas penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh anggota pasukan keamanan".
"Mereka yang terlibat harus dimintai pertanggungjawaban sesuai dengan hukum Nigeria," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis.
Selain diplomat, selebritas - dari striker Manchester United Odion Ighalo hingga penyanyi pop Beyonce Knowles - juga turut bersuara menuntut keadilan.