Suara.com - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa hampir 5.000 orang tewas dalam pertempuran antara pasukan Azerbaijan dan Armenia memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.
Jumlah yang disebut Putin jauh lebih tinggi dari angka kematian yang dilaporkan kedua belah pihak.
Putin mengatakan bahwa dia berbicara kepada kedua belah pihak beberapa kali sehari, dan tidak akan memihak dalam konflik.
- 'Beberapa menit' setelah gencatan senjata, Armenia dan Azerbaijan saling tuding 'menembakkan artileri dan roket'
- Nagorno-Karabakh, liputan eksklusif BBC, warga: 'Situasinya mengerikan, tapi dunia diam'
- Erdogan dan Putin minta Armenia dan Azerbaijan 'akhiri pertempuran' terkait sengketa Nagorno-Karabakh
Dia mengatakan bahwa Moskow tidak setuju dengan Turki - yang mendukung Azerbaijan - atas konflik tersebut.
Baca Juga: Korban Serangan Armenia di Ganja Berlindung di Asrama Kampus
Presiden Rusia juga meminta Amerika Serikat untuk membantu mengupayakan perdamaian di wilayah tersebut.
Armenia menuduh Azerbaijan melanggar gencatan senjata kemanusiaan di Nagorno-Karabakh, dan begitu pula sebaliknya.
Pertempuran berkobar bulan lalu di wilayah itu, yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dikendalikan etnis Armenia.
Ini adalah konflik terburuk sejak perang selama enam tahun di wilayah tersebut yang berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1994.
Apa yang dikatakan Putin?
Rusia berada dalam aliansi militer dengan Armenia dan memiliki pangkalan militer di negara tersebut. Namun, Rusia juga memiliki hubungan dekat dengan Azerbaijan.
Baca Juga: Pertempuran Mematikan, Armenia Akui Pasukannya Banyak Jadi Korban
"Ada banyak korban dari kedua sisi, lebih dari 2.000 dari masing-masing pihak," kata Putin pada pertemuan yang disiarkan stasiun televisi, dan menambahkan bahwa jumlahnya "mendekati 5.000".
Ini jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, dengan jumlah kematian resmi yang dilaporkan masih di bawah 1.000.
Otoritas Nagorno-Karabakh mengatakan 874 personel militernya dan 37 warga sipil telah kehilangan nyawa sejak 27 September.
Azerbaijan mengatakan 61 warga sipil Azeri tewas, tetapi belum mengumumkan jumlah korban militernya.
Putin menambahkan bahwa dia terus berkomunikasi dengan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, dan Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, dan mengatakan tidak akan memihak.
"Saya berbicara dengan mereka di telepon beberapa kali sehari," katanya.
Putin mengatakan dia tidak setuju dengan Turki atas konflik tersebut. Ia menambahkan bahwa Presiden Turki Tayyip Erdogan "mungkin tampak keras, tetapi merupakan politisi yang fleksibel dan mitra yang dapat diandalkan untuk Rusia."
Turki telah berjanji untuk mengirim tentara dan memberikan dukungan militer untuk Azerbaijan jika diminta.
Putin juga meminta AS untuk "bekerja bersama" dengan Rusia untuk mengakhiri pertempuran.
- Mengapa rakyat Armenia dan Azerbaijan 'siap berjuang dengan jiwa dan raga' demi mempertahankan Nagorno-Karabakh?
- 'Bertempur atau dipenjara' - warga Suriah dikirim Azerbaijan untuk perangi Armenia
Pembicaraan antara Armenia dan Azerbaijan diperkirakan akan berlangsung di Washington pada hari Jumat (23/10), ketika Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, dijadwalkan bertemu dengan menteri luar negeri kedua negara.
AS, Rusia, dan Prancis adalah pimpinan bersama kelompok mediasi OSCE Minsk, yang menyerukan gencatan senjata.
Apa yang terbaru di Nagorno-Karabakh?
Meskipun gencatan senjata yang ditengahi Rusia disepakati pada akhir pekan, pertempuran terus berlanjut dan ratusan orang tewas.
Azerbaijan melaporkan pertempuran di beberapa daerah pada hari Kamis, dan menuduh Armenia menembakkan tiga rudal balistik ke Azerbaijan. Armenia membantahnya.
Armenia juga melaporkan pertempuran di beberapa lokasi, sementara para pejabat mengatakan kota Martuni dan desa-desa terdekat telah dibom.
Perdana menteri Armenia mengatakan tidak ada solusi diplomatik "pada tahap ini".
Nagorno-Karabakh - fakta-fakta kunci
- Wilayah pegunungan dengan luas 4.400 km2
- Dihuni oleh warga Kristen dari etnis Armenia dan warga Muslim dari Turki
- Pada era Soviet, menjadi wilayah otonomi di dalam Republik Azerbaijan
- Secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, namun didominasi oleh etnis Armenia
- Diperkirakan sekitar satu juta orang mengungsi akibat konflik yang terjadi pada 1988-1994, dan sekitar 30.000 tewas
- Pasukan separatis merebut beberapa wilayah tambahan di sekitar kantong di Azerbaijan pada perang tahun 1990-an
- Kebuntuan sebagian besar terjadi sejak gencatan senjata tahun 1994
- Turki secara terbuka mendukung Azerbaijan
- Rusia memiliki pangkalan militer di Armenia