Dikejar Monyet saat Angkat Jemuran, Seorang Gadis Jatuh dari Atap Rumah

Kamis, 22 Oktober 2020 | 14:32 WIB
Dikejar Monyet saat Angkat Jemuran, Seorang Gadis Jatuh dari Atap Rumah
Ilustrasi jemuran. (Pexels/Catia Matos)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang gadis berusia 13 tahun di India bagian utara meninggal setelah terjatuh dari atap karena dikejar monyet saat angkat jemuran.

Menyadur Ndtv, Kamis (21/10/2020) remaja tersebut terjatuh ketika sedang mengangkat jemuran di rumahnya di kota Muzaffarnagar, negara bagian Uttar Pradesh.

Saat ia mengumpulkan pakaian, tiba-tiba sekelompok monyet datang dan ingin menyerangnya, karena takut gadis itu pun berlari dan akhirnya terjatuh.

Polisi mengatakan kepada Press Trust of India bahwa gadis itu segera dilarikan ke rumah sakit, namun dokter tidak dapat menolong nyawanya ketika ia sampai.

Baca Juga: Ajakan Nikah Ditolak, Pria Ceburkan Wanita Idaman ke Sumur

Dikutip dari The Independent, insiden tersebut bukan pertama kalinya yang melibatkan konflik antara manusia dan monyet di India yang berakibat fatal bahkan kehilangan nyawa.

Pada tahun 2018, juga di negara bagian Uttar Pradesh, seorang bayi laki-laki meninggal setelah direbut dari ibunya dan digigit oleh seekor monyet.

Kemudian di tahun 2019, seorang pria dari Vrindavan diserang oleh tiga ekor monyet ketika dia mencoba memasuki rumahnya.

Pada Maret tahun ini, parlemen India menyisihkan dana senilai 50 juta rupee (Rp 9,9 miliar) untuk mengendalikan konflik yang meningkat antara monyet dan manusia di ibu kota negara.

Delhi mencatat 950 kasus monyet menggigit manusia pada tahun 2018 saja, saat anggota parlemen dan birokrat yang berjuang untuk mengatasi gangguan hewan primata tersebut.

Baca Juga: Tolak Lamaran Teman Instagram, Perempuan Didorong ke Sumur Sedalam 18 Meter

Menurut laporan Indian Express, rencana 5 tahun Pemerintah India untuk mengatasi konflik tersebut diantaranya mengendalikan populasi monyet, memahami perilaku dan pola pergerakan dengan memasangkan kalung radio, mengidentifikasi titik konflik, menggunakan metode ilmiah untuk sterilisasi, dan melatih staf kehutanan dan kota untuk menangani jika terjadi insiden.

Namun program tersebut tidak pernah berjalan karena pandemi Covid-19 menyerang India dan penerapan kebijakan lockdown yang ketat untuk menahan penyebaran virus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI