Suara.com - Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta tahun 2020 mengalami defisit yang cukup besar. Penyebabnya adalah virus corona yang sudah merebak hampir 8 bulan belakangan ini di ibu kota.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Gerindra Mohamad Taufik mengatakan awalnya APBD tahun 2020 adalah sebesar Rp 87,9 triliun. Namun sekarang terjadi defisit hingga harus dikurangi Rp 31 triliun dalam APBD-Perubahan (APBD-P)
“Di tahun 2020 itu Rp 57 triliun untuk APBD-P nya, dari Rp 87,9 triliun. Jadi memang (APBD) mengalami kontraksi cukup besar sekitar 46 persen,” ujar Taufik saat dikonfirmasi, Kamis (22/10/2020).
Bahkan, APBD-P sebesar Rp 57 triliun itu saja sudah ditambah dengan program pinjaman dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dari pemerintah pusat sebesar Rp 3,2 triliun.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Memang Bisnis Besar, Fadli Zon Ingatkan Hati-hati
Pemprov DKI sendiri mengajukan pinjaman PEN sebesar Rp 12,5 triliun. Namun dana dicairkan secara bertahap tiap tahun sampai 2022.
“Kami dapat pinjaman PEN, dari situ kami dalami dan tahun ini dapat Rp 3,2 triliun. Itu akan dipakai untuk enam kegiatan,” ujarnya.
Dalam perencanaannya, dana PEN sendiri akan dipakai untuk melanjutkan sejumlah proyek yang terhenti karena adanya pengalihan anggaran untuk penanganan Covid-19.
“Nanti ada infrastruktur kebudayaan dan sejumlah proyek-proyek yang ditetapkan 2020 lalu, namun terkendala karena Covid-19. Nah itu dibiayai memakai PEN,” pungkasnya.
Baca Juga: Gegara Masyarakat Takut Corona, Stok Darah di PMI Pangkalpinang Menipis