Terendus! Intelijen Sebut Iran dan Rusia Hendak Campuri Pilpres AS 2020

Bangun Santoso Suara.Com
Kamis, 22 Oktober 2020 | 11:33 WIB
Terendus! Intelijen Sebut Iran dan Rusia Hendak Campuri Pilpres AS 2020
Amerika Serikat [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Badan Intelijen Nasional Amerika Serikat John Ratcliffe, Rabu (21/10), menyebutkan bahwa Rusia dan Iran sama-sama berusaha mengganggu pemilihan presiden atau Pilpres AS 2020.

"Kami telah memastikan bahwa beberapa informasi pendaftaran pemilih telah diperoleh oleh Iran, dan secara terpisah, oleh Rusia," kata Ratcliffe dalam konferensi pers yang diatur dengan tergesa-gesa.

"Kami sudah melihat Iran mengirimkan surat-surat elektronik palsu yang dirancang untuk mengintimidasi para pemilih, menghasut kerusuhan sosial, dan merugikan presiden Trump."

Ratcliffe mengacu pada surel yang dikirim pada Rabu dan dirancang agar terlihat seperti berasal dari kelompok Proud Boys yang proTrump, menurut sumber pemerintah.

Baca Juga: Diprediksi Kalah, Ini Skenario Kekalahan Donald Trump di Pilpres AS 2020

Badan-badan intelijen AS sebelumnya memperingatkan bahwa Iran mungkin ikut campur untuk membahayakan posisi Trump dan bahwa Rusia berusaha membantu presiden petahana itu dalam pemilihan.

Para pakar di luar badan intelijen mengatakan bahwa jika Ratcliffe benar, Iran akan berusaha membuat Trump terlihat buruk dengan meminta perhatian untuk memberi dukungan, juga dengan melancarkan ancaman melalui kelompok itu --yang terkadang melakukan kekerasan.

Surel tersebut sedang diselidiki, dan satu sumber intelijen mengatakan masih belum jelas siapa yang berada di balik aksi pengiriman surat itu.

Beberapa surel disertai dengan sebuah video, yang kebenarannya ditepis oleh para ahli.

Video tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana surat suara palsu dapat dikirimkan.

Baca Juga: Tak Pakai Hijab saat Bersepeda di Kota, Perempuan Iran Dicokok

Sebagian besar informasi soal pendaftaran pemilih boleh diketahui publik. (Sumber: Antara/Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI