Saran Buat Denny dan Ruhut yang Sering Jadi Pahlawan Saat Jokowi Dikritik

Siswanto Suara.Com
Kamis, 22 Oktober 2020 | 10:58 WIB
Saran Buat Denny dan Ruhut yang Sering Jadi Pahlawan Saat Jokowi Dikritik
Anggota Bidang Hukum Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Ruhut Sitompul. (Suara.com/Achmad Ali)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sikap pegiat media sosial Denny Siregar serta politikus Ruhut Sitompul yang sering tampil menjadi pembela Presiden Joko Widodo dari kritikan publik menjadi pertanyaan bagi peneliti Political dan Public Policy Studies Jerry Massie.

"Denny Siregar membela Jokowi apa dia ini bertindak sebagai staf khusus Jokowi atau apa? Saya tak mengerti. Begitu pula Ruhut Sitompul paling orang bakal kurang percaya," kata Jerry kepada Suara.com, Kamis (22/10/2020).

Menurut analisa Jerry, publik kurang begitu mempercayai sikap Ruhut ketika membela Jokowi karena didasarkan pada pengalaman masa lalu.

"Waktu lalu dia membela mati-matian SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) kini Jokowi," kata Jerry seraya menyampaikan prediksi terhadap sikap Ruhut pada masa pemilu 2024 nanti, "paling 2024 saya prediksi beliau membela antara Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Gatot atau Ganjar Pranowo."

Baca Juga: Jokowi Dihujani Kritik, Denny Siregar dan Ruhut Tampil Membela

Menurut Jerry dalam berpolitik mesti tetap punya prinsip dan komitmen serta ketetapan hati dan dia berkata kepada Ruhut, "saran saya buat Bang Ruhut tak usah pindah-pindah partai atau mualaf politik, politik dua kaki tetapkan hati dan langkah di PDIP saya mendukung."

Sikap Denny, terutama di media sosial, juga membikin Jerry penasaran dan bertanya-tanya  apakah Denny merupakan menjadi bagian dari tim komunikasi pemerintah atau bukan.

"Bung Denny yang terhormat saya binggung apa dia bagian influencer atau apanya Jokowi. Sok membela kritikan publik. Tak pantaslah. Kecuali beliau kepala KSP, jubir Presiden atau menterinya Jokowi itu wajar membela mati-matian."

"Anehnya setiap publik mencibir kinerja Jokowi maka munculah beliau sebagai pahlawan baik di medsos, bahkan media-media," kata alumnus American Global University.

Menurut Jerry sikap seperti itu seandainya ditunjukkan pada masa pemilu 2019 tak menjadi malasah.

Baca Juga: Ruhut: Kalau Ada yang Bilang Jokowi Cuma Harum di Luar, Itu Kata Kadrun

"Tapi ini pilpres sudah usai. Selanjutnya bicara tahu menempatkan dirilah kalau kritikan yang baik tak perlu sewot. Kan publik bukan orang bodoh yang bisa dikibulin. Dalam hal ini nurani yang bekerja bukan mulut. Tak usah memainkan imaging political atau politik pencitraan masyarakarat sudah tak butuh. Coba sekali-kali kritik kalau kinerja bawahannya buruk," kata Jerry.

Jerry menegaskan wajar di negara demokrasi apa yang tak menjadi harapan publik dikritik. Dia menyontohkan pengesahan UU Omnibus Law Cipta Kerja yang ditolak berbagai elemen masyarakat.

"Banyak buruh yang merasa dirugikan, jadi wajar mereka menolak undang-undang ini, terus kita mencoba membela kebijakan ini. Kalau hal yang baik silakan dibela mati-matian begitu juga sebaliknya," kata Jerry.

Tanggapi kritik setahun periode kedua Jokowi

Setahun periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Maruf Amin mendapat kritik dari sejumlah kalangan, tetapi juga apresiasi.

Kepada pengkritik, pegiat media sosial Denny menilai kurang fair. Karena, "bagaimana bisa orang hanya menilai satu tahun kerja Jokowi, ketika ia sudah bekerja selama enam tahun dan punya visi 50 tahun ke depan?"

Hal itu diumpamakan Denny dengan adagium: padi saja butuh waktu dari mulai ditanam, panen sampai bisa dimakan.

Di antara kritik yang muncul menyebutkan salah satu kekurangan terbesar Jokowi adalah masih terjadi aksi pembubaran ibadah dan radikalisme di beberapa daerah.

Menurut Denny, para pengkritik tidak fair karena mereka hanya menyalahkan pemerintah pusat, padahal ada tanggungjawab pemerintah daerah juga.

"Tapi tidak menyebut bahwa itu kekurangan dari kepala daerahnya. Padahal kalau bicara ekonomi, bilangnya otonomi daerah. Tapi kalau ada masalah, pusat yang salah," kata Denny melalui media sosial.

Kritik terhadap Jokowi memuncak dengan adanya penolakan terhadap pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja.

Selain itu, pemerintahan Jokowi juga dikritik karena dinilai masih lemah dalam sejumlah aspek, seperti dalam hal menjamin kebebasan berpendapat, keadilan dalam penegakan hukum dan hak asasi manusia.

Tetapi Ruhut Sitompul, seorang politisi PDI Perjuangan yang menjadi partai penyokong Jokowi, menilai Jokowi namanya harum di dalam dan di luar negeri.

"Presiden RI ke 7 Bapak Joko Widodo namanya harum di dalam dan luar negeri, kalau ada yang mengatakan hanya harum di luar negeri di dalam negeri tidak, itu kata yang belum move on dan barisan sakit hati serta kadrun-kadrun," kata Ruhut melaui media sosial.

Ruhut sangat yakin rakyat Indonesia mencintai Jokowi. Dia yakin Jokowi sangat dibanggakan masyarakat.

"Rakyat Indonesia bangga punya Presiden RI ke 7 Bapak Joko Widodo benar-benar serasi selaras. Seimbang memimpin negara Indonesia tercinta karena bukan hanya memerangi virus corona dengan Gugus Tugas Covid-19-nya, juga menyemangati rakyatnya menghadapi begundal-begundal provokator. Jangan takut," kata Ruhut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI