Suara.com - Ketua Front Pembela Islam (FPI) Sobri Lubis belakangan tengah menjadi sorotan. Pasalnya, saat menyampaikan orasi di depan massa aksi unjuk rasa UU Omnibus Law Cipta Kerja, Sobri Lubis menyebutkan bahwa Habib Rizieq Shihab akan memimpin revolusi untuk menyelamatkan NKRI.
Orasi Sobri Lubis tersebut berbuntut panjang. Bareskrim Polri mengatakan bahwa pihaknya akan menyelidiki ujaran itu lebih lanjut guna mencari apakah ada unsur pidana atau tidak.
Kasus ini sontak mengundang berbagai reaksi publik. Pakar Hukum dan Tata Negara Refly Harun ikut angkat bicara, mengomentari kasus yang menjerat Pimpinan FPI tersebut.
Lewat video yang diunggah di kanal YouTube-nya, Refly Harun menyoroti kata revolusi. Menurutnya kata revolusi sangat dihindari oleh rezim pemerintah saat ini.
"Ketika Sobri Lubis mengatakan revolusi, kita harus pahami ada beberapa kata yang dihindari dalam rezim ini maupun sebelumnya, yakni kata revolusi," ujar Refly Harun seperti dikutip Suara.com, Selasa (20/10/2020).

Dalam videonya, Refly Harun mengutarakan latar belakang kata revolusi menjadi bermakna pemberontakan.
Menurut Refly Harun, pemerintah orde baru lah yang mengawali anggapan tersebut. Sebab, sebelumnya Bung Karno selaku Presiden Pertama RI terbilang tidak jarang menggunakan kata ini.
"Kata ini dihindari pada masa oder baru. Kalau mendengar kata revolusi maknanya berontak," tukasnya.
Lebih lanjut lagi, Refly Harun bercerita bahwa pada masa orde lama kata revolusi bermakna positif. Bung Karno kala itu menggunakannya untuk menentang neokolinialism.
Baca Juga: Demo Setahun Jokowi-Ma'ruf di Istana Bogor, Pelajar Ini Dijemput Emaknya
Bahkan, Bung Karno sendiri dengan bangga mengatakan bahwa dirinya adalah pemimpin revolusi.