Memahami Gagasan Revolusi Akhlak Habib Rizieq yang Jadi Polemik Panas

Siswanto Suara.Com
Selasa, 20 Oktober 2020 | 14:00 WIB
Memahami Gagasan Revolusi Akhlak Habib Rizieq yang Jadi Polemik Panas
Habib Rizieq Shihab (Suara.com/Oke Atmaja)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gagasan pimpinan Front Pembela Islam Habib Rizieq Shihab tentang revolusi akhlak menjadi perhatian publik di tengah gerakan penolakan terhadap Undang-Undang Cipta Kerja.

Menurut pandangan Guru Besar Psikologi Politik Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Achmad Mubarok, revolusi akhlak memiliki kedekatan dengan revolusi karakter atau revolusi mental.

Karakter bisa diubah dan dibangun melalui rasio (akal), hati, dan nurani, kata Mubarok.

Kalau hanya dibangun dengan akal saja, hasilnya belum tentu bagus. "Logikanya penipu ya tipuan," kata Mubarok kepada Suara.com, Selasa (20/10/2020).

Baca Juga: Periode Kedua Jokowi Mentahkan Anggapan Planga-Plongo: Lebih Berani

Sedangkan kalau karakter dibangun hanya dengan hati, memang bisa memahami. Hanya saja, hati memiliki sifat tidak konsisten: bisa tergantung suasana hati.

Lain halnya jika karakter dibangun dengan keseimbangan antara rasio, hati, dan nurani akan baik jadinya. Nurani tidak bisa diajak kompromi pada kebohongan; konsisten pada kebenaran. "Sinergi antara intelektual, perasaan, hati, cahaya nurani, maka karakter terbangun bagus," katanya.

Ada dua hal yang menutupi cahaya nurani. Pertama, keserakahan. Kedua, perbuatan maksiat. "Jika nurani ketutup, maka dia berada di jalan kegelapan. Karena gelap,  maka bisa salah ambil, salah taruh, salah keluar dan lain sebagainya."

Dalam konteks revolusi akhlak yang digagas Rizieq, menurut pandangan Mubarok, revolusi akhlak dibangun dengan manuver-manuver, seperti penegakan hukum tanpa pandang bulu, menolong orang yang susah, pejabat tinggi memiliki perhatian terhadap orang kecil, orang kaya hidup dengan sederhana. "Orang kecil berpikir besar, orang repot tetapi suka bantu orang lain, itu membangun revolusi akhlak," katanya.

Menurut pandangan Mubarok, keadaan negara belum sampai pada tahap seperti itu. Penanganan hukum dinilai masih pilih kasih, salah satu contoh yang dilontarkan Mubarok mengenai apa yang dialami aktivis KAMI yang menolak UU Cipta Kerja ditangkap, lalu diborgol. Sementara pada kasus lain, seperti tokoh yang terjerat kasus Djoko Djandra, justru dijamu makan.

Baca Juga: Giliran Kelompok 212 Demo Istana: Jangan Pulang Sebelum UU Ciptaker Tumbang

Sebelumnya, Sekretaris FPI Munarman mengatakan, "Pak Jokowi kan saat ini sudah menyatakan revolusi mental. Kenapa ketika Habib Rizieq mengeluarkan soal revoluasi mental dipermasalahkan? Revolusi itu kan perubahan yang cepat."

Munarman menjelaskan ide revolusi akhlak Rizieq mengacu pada akhlak Nabi Muhammad SAW.

"Akhlak yang kayak apa? Menjadi kepada akhlak rasulullah, akhlak yang berdasarkan Al Quran dan Al Sunnah, akhlak yang dari orang yang suka bohong di revolusi jadi tidak bohong. Orang yang nggak suka salat jadi suka salat, yang suka khianat jadi yang nggak suka khianat. itu yang mau dibawa," kata Munarman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI