Sungai di Pulau Jawa Kritis, BNPB: Jadi Tempat Pembuangan Sampah Raksasa

Selasa, 20 Oktober 2020 | 11:33 WIB
Sungai di Pulau Jawa Kritis, BNPB: Jadi Tempat Pembuangan Sampah Raksasa
Doni Monardo, Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. (Dok.Ist)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo menyebut bahwa kondisi daerah aliran sungai di Pulau Jawa sudah masuk dalam kategori kritis.

Doni menjelaskan data yang didapatnya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ekosistem daerah aliran sungai di Pulau Jawa sudah mulai rusak oleh berbagai macam limbah sehingga rawan menjadi bencana alam suatu saat nanti.

"Kondisinya sudah sangat kritis, dibutuhkan kepedulian yang tinggi dari semua pihak, pemerintah dan termasuk kalangan dunia usaha, karena limbah dari pabrik tanpa melalui proses pengolahan yang sesuai aturan langsung saja dibuang ke sungai, sungai jadi tempat pembuangan sampah raksasa," kata Doni dalam diskusi BNPB, Selasa (20/10/2020).

Sungai yang tercemar ini, kata Doni sangat mempengaruhi kualitas air yang digunakan warga untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Baca Juga: Jadi Tuan Rumah Forum Kebencanaan PBB di Bali, Pemerintah Siapkan Rp 87 M

"Ternyata sebagian besar sejumlah PDAM itu mengatakan air yang mereka produksi sudah tidak layak minum padahal PDAM singkatan dari Perusahaan Daerah Air Minum, tapi kenyataannya sudah tidak layak," ucapnya.

Biaya produksi untuk memproses air sungai yang dilakukan oleh PDAM juga hingga kini semakin mahal sebab kualitas air yang makin tercemar.

"Kita telah begitu banyak menghabiskan biaya hanya untuk memproses air bersih," tuturnya.

Untuk diketahui, berdasarkan catatan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 2017 Kementerian LHK, kualitas air di Pulau Jawa hanya bernilai lebih rendah dari 39 yang berarti sudah waspada.

Penilaian Indeks Kualitas Air dilihat dari penurunan beban pencemaran serta upaya restorasi pada beberapa sumber air, ketersedian dan fluktuasi debit air yang dipengaruhi oleh perubahan fungsi lahan serta faktor cuaca lokal, iklim regional dan global, penggunaan air, serta tingkat erosi dan sedimentasi.

Baca Juga: Kepulauan Sitaro Raih Penghargaan Zero Covid-19 dari BNPB, Ini Rahasianya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI