Suara.com - Ketegangan berkepanjangan antara China dan Taiwan meletup setelah diplomat mereka terlibat baku hantam di Fiji.
Taiwan menuduh dua pejabat Kedutaan China menyeruak ke acara perayaan hari nasional awal bulan ini - klaim yang dibantah Beijing.
- Paspor baru Taiwan membesarkan kata 'Taiwan', menciutkan kalimat 'Republik China'
- China gelar latihan militer saat pejabat tinggi AS kunjungi Taiwan
- China harus 'hormati' Taiwan, kata Presiden Tsai Ing-wen
Kedua belah pihak mengatakan dua diplomat mereka terluka dalam baku hantam itu, dan meminta kepolisian Fiji untuk menyelidikinya.
China menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri, tetapi para pemimpin Taiwan berpendapat mereka memiliki kedaulatan.
Baca Juga: Taiwan Kembangkan Robot yang Mampu Lakukan Ribuan Tes Covid-19 Setiap Hari
Hubungan antara China dan Taiwan tegang dan ada ancaman kekerasan yang dapat menyeret AS, sekutu Taiwan.
Insiden terbaru dilaporkan terjadi pada 8 Oktober ketika kantor perdagangan Taiwan di Fiji - kedutaan de facto-nya - mengadakan resepsi untuk sekitar 100 tamu di Hotel Grand Pacific yang mewah di ibu kota Fiji, Suva.
Kementerian Luar Negeri Taiwan mengklaim dua pejabat China mulai mengambil gambar dan mencoba mengumpulkan informasi tentang para tamu. Diplomat Taiwan yang meminta mereka pergi kemudian diserang. Mereka dikatakan dirawat di rumah sakit karena cedera kepala, kata kementerian itu.
"Kami mengutuk keras tindakan staf kedutaan besar China di Fiji karena melanggar aturan hukum secara serius dan kode etik beradab," kata juru bicara kementerian luar negeri Taiwan, Joanne Ou.
China memberikan penjelasan yang berbeda tentang kejadian itu.
Baca Juga: Taiwan Berharap Donald Trump Cepat Sembuh Agar Bisa Terus Lawan China
Kedutaan Besar China di Fiji mengatakan stafnya berada di "tempat umum di luar tempat acara" melaksanakan "tugas resmi" yang tidak disebutkan, dan menuduh pejabat Taiwan bertindak "secara provokatif" dan menyebabkan "cedera pada seorang diplomat China".
Kementerian Luar Negeri China, dalam sebuah pernyataan hari Senin (19/10), mengatakan bahwa para pejabatnya mengetahui apa yang terjadi di dalam tempat tersebut, termasuk keberadaan kue yang menampilkan bendera Taiwan. Beijing menyebut bendera itu salah karena mereka tidak mengakui Taiwan sebagai sebuah negara.
"Bendera nasional palsu dipajang secara terbuka di tempat kejadian, kue itu juga ditandai dengan bendera nasional yang salah," kata Zhao Lijian seperti dikutip kantor berita AFP.
Kepolisian Fiji tidak memberikan komentar atas penyelidikan tersebut.
Beijing telah lama mencoba membatasi aktivitas internasional Taiwan dan keduanya bersaing untuk mendapatkan pengaruh di kawasan Pasifik.
Meskipun Taiwan hanya diakui secara resmi oleh segelintir negara, pemerintahannya yang dipilih secara demokratis memiliki hubungan komersial dan informal yang kuat dengan banyak negara.