Suara.com - Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212 (PA 212), Slamet Maarif menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan pentolan FPI Rizieq Shihab sama-sama menyerukan revolusi. Namun, Slamet mengaku heran seruan revolusi Rizieq justru ditanggapi heboh.
Slamet mengatakan, saat masa kampanye sebelum menjadi presiden, Jokowi pernah menyerukan jargon 'Revolusi Mental'.
Namun, ia merasa terheran-heran ketika ajakan revolusi yang digaungkan oleh Rizieq justru ditanggapi dengan ketakutan oleh sejumlah pihak.
"Pernyataan (Rizieq) ini memang membuat gentar dan menghebohkan, sampai Istana bergoyang-goyang dengan kalimat revolusi,” kata Slamet dalam perbincangan di kanal Front TV bertajuk ‘Kepulangan IB HRS ke Tanah Air’ seperti dikutip Suara.com, Senin (19/10/2020).
Baca Juga: Marak Penangkapan, KontraS: Menyusutnya Kebebasan Sipil, Kerja Nyata Jokowi
“Padahal kalimat revolusi sudah sering diucapkan, bahkan Pak Jokowi sendiri itu kan jargonnya revolusi mental, nah anehnya ketika yang mengumumkan orang lain jadi sesuatu yang menggetarkan. Padahal Pak Jokowi sendiri mengatakan revolusi mental," imbuhnya.
Slamet meminta kepada semua pihak untuk tenang saat mendengar kata seruan revolusi dari Rizieq.
Dari sisi bahasa, revolusi memiliki makna perubahan cepat. Slamet meminta publik melihat seruan Rizieq dari sisi lain.
Menurutnya, seruan revolusi dari Rizieq tersebut digaungkan untuk melawan ketidakadilan yang dilakukan pemerintah terhadap rakyat.
Meski demikian, Slamet memastikan revolusi tersebut akan dilakukan dengan damai.
Baca Juga: Anak Muda Sering Jadi Korban atau Dikorbankan, Lalu Dipuji Sebagai Pahlawan
"Kita ingin bangsa dan negara ini ada sebuah perubahan secara menyeluruh dalam waktu yang singkat karena kezaliman di negeri ini itu sudah luar biasa yang menyengsarakan rakyat Indonesia," tutur Slamet.
Berbeda dengan 'Revolusi Mental' yang terdahulu digaungkan Jokowi, Slamet menyebut revolusi Rizieq lebih mengedepankan akhlak.
Ia menyindir jargon 'Revolusi Mental' Jokowi sarat dengan simbol-simbol kaum komunis.
"Kalau Jokowi punya semboyan revolusi mental yang dulu pernah digaungkan kaum komunis, maka hari ini Habib Rizieq akan menggaungkan revolusi akhlak yang diambil dari nilai islami," ungkapnya.
Slamet mengaku sejak seruan revolusi digaungkan oleh Rizieq, ada sejumlah pihak yang menyalahgunakan seruan tersebut sebagai tindakan makar.
Ia menuding pihak-pihak tersebut merupakan mereka yang tak ingin Rizieq kembali ke Indonesia.
"Mereka mengarahkan ke arah makar, padahal revolusi dan makar itu beda," tegas Slamet.