Guru Dipenggal karena Unjuk Kartun Nabi, Polisi Prancis Tahan Empat Orang

Sabtu, 17 Oktober 2020 | 12:42 WIB
Guru Dipenggal karena Unjuk Kartun Nabi, Polisi Prancis Tahan Empat Orang
Ilustrasi garis polisi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Empat orang ditahan Kepolisian Prancis terkait insiden penyerangan pembunuhan seorang guru pada Jumat (16/10/2020).

Menyadur The Sun, Sabtu (17/10/2020) korban diketahui sebagai guru sejarah yang sebelumnya membuat marah orang tua siswa setelah menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya.

Empat orang di lingkungan keluarga tersangka - termasuk anak di bawah umur - ditahan polisi pada Jumat malam setelah insiden tersebut, BFM TV melaporkan.

Penangkapan itu terjadi ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi sekolah tempat korban bekerja di kota Conflans-Saint-Honorine.

Baca Juga: Selidiki Penanganan Pandemi, Polisi Grebek Rumah Sejumlah Pejabat Prancis

Presiden Macron mengecam pembunuhan brutal tersebut, menyebutnya sebagai serangan teror Islam saat ia mendesak warga untuk melawan terorisme.

"Seorang warga negara telah dibunuh hari ini karena dia adalah seorang guru dan karena dia mengajar kebebasan berekspresi.

"Seluruh negeri berdiri di belakang guru-guru. Teroris tidak akan memecah belah Prancis, obskurantisme tidak akan menang." ujar Emmanuel Macron.

Tersangka dilaporkan adalah seorang pria Chechnya berusia 18 tahun yang lahir di Moskow. Dia diyakini sangat marah setelah korban membuka diskusi mengenai Nabi Muhammad.

Menurut sejumlah saksi, tersangka terdengar meneriakkan Allahu Akbar pada saat pembunuhan tersebut.

Baca Juga: Waduh, Kasus Covid-19 di Prancis Tembus 30 Ribu Dalam Sehari

Seorang sumber mengatakan kepada Le Parisien: "Korban baru-baru ini memberikan pelajaran kepada murid-muridnya tentang kebebasan berekspresi dan telah menunjukkan karikatur Nabi Muhammad."

Hal itu menyebabkan orang tua menghadapkan guru dengan pisau dapur sebelum memotong kepalanya, kata sumber tersebut.

Acungkan Pistol

Jaksa anti-teror Prancis mengkonfirmasi bahwa mereka sedang menyelidiki insiden pemenggalan tersebut. Sebuah sumber investigasi mengatakan: "Mayat seorang pria yang dipenggal ditemukan sekitar pukul 5.30 sore.

"Ketika polisi datang, orang yang dianggap bertanggung jawab masih ada dan mengancam mereka dengan senjatanya." jelas sumber tersebut.

Tersangka dilaporkan melarikan diri ke kota terdekat Eragny-sur-Oise, di mana dia menolak untuk menyerahkan diri.

"Dia mengacungkan pistol dan mengancam petugas lebih lanjut. Ini saat dia ditembak mati oleh polisi. Sekitar sepuluh tembakan terdengar." kata sumber itu.

Para saksi menyaksikan pria itu memenggal korbannya yang tidak disebutkan namanya - yang juga laki-laki - di siang hari bolong dekat sebuah sekolah.

Petugas bergegas ke tempat kejadian setelah alarm dibunyikan dan menyaksikan si pembunuh berlari menuju Eragny.

Pada pukul 7 malam waktu setempat, lokasi dugaan pembunuhan, dan lokasi di mana pembunuhnya sendiri ditembak mati, telah ditutup.

Serangan ke-33

Jika dipastikan insiden pembunuhan tersebut terkait dengan aksi teror, ini akan menjadi serangan teror ke-33 di Prancis sejak 2017.

Insiden tersebut mengikuti penyelidikan terorisme yang diluncurkan di Paris bulan lalu setelah dua orang ditikam di luar bekas kantor Charlie Hebdo.

Mereka yang diadili berusia antara 29 hingga 68 tahun, dan didakwa menyediakan logistik kepada para teroris, termasuk uang tunai, senjata, dan kendaraan.

Saudara laki-laki Said dan Cherif Kouachi membunuh 12 pegawai Charlie Hebdo menggunakan Kalashnikov, sebelum melarikan diri dengan mobil curian, dan kemudian dibunuh oleh polisi.

Teroris ketiga, Amedy Coulibaly, menembak mati empat pembeli di supermarket halal dan seorang polisi wanita selama tiga hari sebelum dia juga terbunuh.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI