Suara.com - Investigasi oleh program radio Australia TripleJ Hack telah menyingkap fakta bahwa aplikasi kencan seperti Tinder jadi 'sarang' para predator seksual.
Triple J, program berorientasi remaja milik Australian Broadcasting Corporation (ABC), mengungkapkan hal itu lewat tayangan berjudul "Tinder: A Predators' Playground" pada 12 Oktober lalu.
Menyadur Global Voices, Sabtu (17/10/2020), 175 dari 400 responden TripleJ mengatakan bahwa mereka pernah mengalami pelecehan seksual oleh orang yang mereka temui di aplikasi Tinder.
Sekitar 48 korban pelecehan mengatakan bahwa mereka telah melaporkan kasus itu ke Tinder meski hanya 11 saja yang mendapat tanggapan dari perusahaan layanan kencan milik Match Group tersebut.
Baca Juga: Berlangsung 20 Tahun, Kasus Pelecehan Ayah ke Anak Tiri Akhirnya Terbongkar
Menurut penyelidikan, predator mampu menghindar dari tuduhan pelecehan seksual, menghapus bukti dan menjadi tidak bisa dilacak untuk korban.
Ironisnya, hal itu merupakan fitur buatan Tinder yang pada awalnya dirancang untuk melindungi pengguna, bukan predator seksual.
Wanita mengeluh bahwa tidak hanya sulit untuk mendapatkan respons dari Tinder tetapi juga untuk menyingkirkan predator dari platform.
Dalam tayangan TripleJ, ada sejumlah wawancara dengan para korban, yang berisi rincian kekerasan yang mengerikan termasuk pemerkosaan.
Terungkap juga bahwa salah satu korban telah bunuh diri setelah persidangan pemerkosa berantai yang memiliki banyak profil di Tinder.
Baca Juga: Susahnya Beli Rokok di Australia, Harus dengan Resep Dokter?
Kontroversi Tinder telah menghebohkan banyak orang di situs media sosial lainnya. Halaman Facebook Four Corners memiliki beberapa kiriman dengan ratusan komentar.
Rosalie Gillett dan Nicolas Suzor, dari Queensland University of Technology, melihat beberapa masalah yang lebih luas. Pemikiran itu dia tuangkan lewat situs The Conversation.
"Tidak hanya Tinder yang gagal melindungi wanita, tapi sikap kita juga berpengaruh," tulis Rosalie Gillett dan Nicolas Suzor.
"Semua platform digital utama memiliki tugas yang sesuai untuk mengatasi pelecehan online terhadap wanita yang kini menjadi hal biasa."
"Ketika mereka gagal, kita semua harus bekerja untuk menekan mereka."
Tinder sendiri tidak tutup mata dengan kasus pelecehan seksual yang bermuara dari aplikasi ciptaan mereka. Mereka telah bermitra dengan Noonlight untuk menawarkan cadangan keamanan.
Alarm telepon memperingatkan layanan darurat seperti polisi dan petugas pertolongan pertama. Namun, saat ini hanya tersedia di Amerika Serikat.
Tinder telah diunduh lebih dari seratus juta kali sejak permulaannya pada tahun 2012. Pendapatan globalnya melebihi $ 1,2 miliar dolar AS pada tahun 2019.