Setelah Parlemen Baru Terbentuk, Presiden Kirgistan akan Mengundurkan Diri

Kamis, 15 Oktober 2020 | 13:41 WIB
Setelah Parlemen Baru Terbentuk, Presiden Kirgistan akan Mengundurkan Diri
Presiden Krigistan, Sooronbay Jeenbekov.[Anadolu Agency]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Kirgistan mengatakan bahwa dia akan mengundurkan diri hanya setelah pemilihan parlemen baru diadakan dan pemilihan presiden diumumkan.

"Presiden akan mengundurkan diri segera setelah dia mengembalikan negara ke bidang hukum, atau segera setelah pemilihan parlemen diadakan dan pemilihan presiden baru diumumkan," ujar Tolgonai Stamaliyeva, juru bicara kepresidenan pada hari Rabu, disadur dari TASS.

Pernyataan Presiden Sooronbay Jeenbekov tersebut dikeluarkan setelah pertemuannya dengan Perdana Menteri Sadyr Zhaparov.

Jeenbekov menekankan bahwa menurutnya tidak tepat untuk meninggalkan jabatannya sekarang, karena hal itu dapat memicu skenario yang tidak dapat diprediksi terhadap negara.

Baca Juga: Protes Anti-Netanyahu Kembali Digelar, Tuntut PM Israel Mundur

Zhaparov, seorang mantan anggota parlemen yang menuntut hasil pemilu mengatakan mereka akan menuntut pengunduran diri Jeenbekov besok.

Dikutip dari Anadolu Agency, Parlemen Kirgistan sepakat untuk mengangkat perdana menteri Zhaparov pada hari Sabtu.

Berkumpul di Istana Negara Ala Archa di ibu kota Bishkek, 63 anggota parlemen saat ini dengan suara bulat menyetujui Zhaparov dan kabinetnya.

Protes di Kirgistan meletus awal bulan ini, orang-orang membobol parlemen dan gedung lainnya dan bentrok dengan polisi, menuntut pemilihan parlemen baru.

Otoritas pemilu salah satu negara di Asia Tengah tersebut kemudian membatalkan hasil pemilu pada 4 Oktober tersebut.

Baca Juga: Foto Bersama Tanpa Pakai Masker, Perdana Menteri Selandia Baru Minta Maaf

Sebelumnya, otoritas pemilu mengumumkan bahwa hanya empat dari 16 partai yang berhasil melewati ambang batas 7% untuk masuk parlemen.

Sejak Ahad, pendukung partai yang gagal mencapai ambang batas mengumumkan penolakan mereka terhadap hasil pemilu, dengan alasan proses pemilu tidak adil.

Bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan Kirgistan menyebabkan satu orang tewas dan 590 lainnya terluka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI