Suara.com - Seorang remaja berusia 15 tahun di Italia berkemungkinan besar jadi santo milenial pertama gereja Katolik karena dianggap berjasa menyebarkan agama melalui internet.
Menyadur Euronews, Kamis (15/10/2020), Carlo Acutis disebut-sebut sebagai orang modern termuda yang dibeatifikasi, tahap terakhir sebelum menjadi santo.
Remaja yang meninggal dunia karena leukimian pada 2006 ini dibeatifikasi di Basilika Santo Fransiskus, Asisi pada Sabtu (8/10). Ia tinggal selangkah lagi menjadi santo.
Acutis telah mendapatkan julukan santo pelindung internet. Semasa hidup, remaja kelahiran Inggris ini membuat dan mengelola website sejumlah organisasi Katolik setempat.
Baca Juga: Italia vs Belanda Imbang, Mancini Terkejut dengan Perubahan Taktik Lawan
Saat masih di sekolah dasar, Acutis secara otodidak, belajar membuat kode pemograman berbekal buku ilmu komputer universitas. Ia juga mempelajari cara mengedit video dan membuat animasi.
"Carlo menggunakan internet untuk menyebarkan injil, menjangkau orang sebanyak mungkin," ujar kardinal.
Sejak kecil, Acutis disebutkan telah menunjukkan sikap taat agama yang kuat. Rasa ingin tahu, mendorong anak laki-laki yang lahir pada 3 Mei 1991 ini, mempelajari teologi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanya.
Anak laki-laki ini dianggap telah memberikan mukjizat menyelamatkan seorang bocah berusia 7 tahun yang menderita penyakit pankreas langka, di mana ia sembuh setelah melakukan kontak dengan barang Acutis, yakni kaosnya.
Agar bisa menjadi santo, Vatikan perlu memverifikasi mukjizat kedua Acutis. Namun, Paus Fransiskus telah mengesampingkan persyaratan ini.
Baca Juga: Kasus Corona Meroket, Prancis, Jerman dan Tetangganya Berlakukan Jam Malam
Acutis disebut menyadari akan bahaya teknologi, sesuatu yang disebut oleh Paus Fransiskus ketika dia berbicara tentang anak-anak remaja tahun lalu, mengutip laporan BBC.
"(Acutis) melihat bahwa banyak anak-anak muda, yang ingin tampil berbeda, akhirnya benar-benar menjadi seperti orang lain, mengejar apa pun yang diatur untuk mereka dengan mekanisme konsumerisme dan distraksi," kata Paus.
Bocah ini juga terlibat dalam kerja amal dan menghabiskan uangnya membantu orang-orang tak mampu di tempat dia tinggal. Dia juga menjadi relawan di dapur umum di Milan.
"Dengan tabungannya, dia membeli kantong tidur untuk para tunawisma dan pada malam hari dia membawakan mereka minuman panas," kata ibunya kepada Catholic News Agency.