Suara.com - Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, mengakui pasukannya banyak menjadi korban dalam pertempuran dengan Azerbaijan saat memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh.
Namun demikian, Pashinyan mengeklaim pasukannyaa secara umum masih dalam kendali.
Adapun Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, menuduh Armenia telah menyerang jaringan pipa gas dan minyaknya, Rabu lalu.
Sementara, para pemimpin Rusia dan Turki telah mendesak agar pertempuran kedua pihak diakhiri.
Baca Juga: Perang Armenia-Azerbaijan: Tidak Ada Tempat Aman di Kawasan Ini
- Mengapa rakyat Armenia dan Azerbaijan 'siap berjuang dengan jiwa dan raga' demi mempertahankan Nagorno-Karabakh?
- Mengapa gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan masih diwarnai 'serangan rudal dan tembakan'?
- Nagorno-Karabakh, liputan eksklusif BBC, warga: 'Situasinya mengerikan, tapi dunia diam'
Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, tetapi daerah tersebut dikendalikan oleh etnis Armenia.
Pertempuran terbaru, yang pecah pada 27 September, telah menjadi yang paling intens dalam beberapa dekade terakhir, dengan ratusan orang tewas sejauh ini di kedua sisi.
Gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia telah disetujui oleh kedua belah pihak akhir pekan lalu, tetapi tidak berjalan.
Kedua negara tersebut berhadapan dalam perang mematikan memperebutkan Nagorno-Karabakh pada akhir 1980-an dan awal 1990-an.
Meskipun mereka mengumumkan gencatan senjata pada 1994, Armenia dan Azerbaijan tidak pernah berhasil menyetujui perjanjian damai.
Baca Juga: Usai Perundingan, Azerbaijan dan Armenia Telah Sepakati Gencatan Senjata
Apa kata Pashinyan?
Dalam pidato yang disiarkan di televisi secara nasional pada Rabu, Pashinyan mengatakan Armenia telah menderita "banyak korban."
"Saya tunduk kepada semua korban kami, para martir, keluarga mereka, orang tua mereka dan terutama ibu mereka, dan saya menganggap kehilangan mereka adalah kehilangan saya, kehilangan pribadi saya, kehilangan keluarga saya," katanya.
"Kita semua perlu tahu bahwa kita sedang menghadapi situasi yang sulit," tambahnya.
Tetapi Pashinyan mengatakan bahwa meskipun "kehilangan tenaga dan peralatan," pasukan Armenia masih dalam kendali secara umum dan telah menimbulkan "banyak kerugian tenaga dan peralatan pada musuh."
"Ini bukan pernyataan putus asa atau kehilangan harapan. Saya memberikan informasi ini karena saya berkomitmen untuk mengatakan yang sebenarnya kepada orang-orang kami," katanya.
"Kita harus menang, kita harus hidup, kita harus membangun sejarah kita, dan kita sedang membangun sejarah kita, kisah baru kita, pertempuran heroik baru kita."
Apa lagi yang terjadi?
Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, menuduh Armenia pada Rabu telah menyerang jaringan pipa gas dan minyaknya.
"Armenia mencoba menyerang dan mengambil kendali jaringan pipa kami," katanya dalam wawancara dengan penyiar Turki, Haberturk.
"Jika Armenia mencoba untuk mengambil alih jaringan pipa di sana, saya dapat mengatakan bahwa hasilnya akan sangat buruk bagi mereka."
Kementerian pertahanan Azerbaijan juga mengatakan telah menghancurkan peluncur rudal balistik di wilayah Armenia yang menargetkan kota-kotanya.
Juru bicara kementerian pertahanan Armenia, Shushan Stepanyan, membenarkan bahwa beberapa posisi pertahanan mereka telah diserang, tetapi membantah bahwa pasukan Armenia pernah menembakkan "satu rudal, peluru atau proyektil" ke Azerbaijan, demikian laporan kantor berita AFP.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara melalui telepon pada hari Rabu, dalam panggilan telepon pertama mereka sejak bentrokan pecah.
"Mereka menekankan kebutuhan mendesak akan upaya bersama untuk mengakhiri pertumpahan darah secepat mungkin dan bergerak menuju penyelesaian damai masalah Nagorno-Karabakh," kata Kremlin.
Fakta kunci tentang Nagorno-Karabakh
- Wilayah pegunungan dengan luas sekitar 4.400 kilometer persegi
- Secara tradisional dihuni oleh orang Armenia Kristen dan Muslim Turki
- Di masa Soviet, menjadi daerah otonom di dalam republik Azerbaijan
- Diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, tetapi mayoritas penduduknya adalah etnis Armenia
- Diperkirakan satu juta orang mengungsi akibat perang pada 1988-1994, dan sekitar 30.000 tewas
- Pasukan separatis merebut beberapa wilayah tambahan di sekitar wilayah di Azerbaijan pada perang tahun 1990-an
- Kebuntuan konflik sebagian besar terjadi sejak gencatan senjata tahun 1994
- Turki secara terbuka mendukung Azerbaijan
- Rusia memiliki pangkalan militer di Armenia