Dampak Mengerikan Covid-19, Kucing di Pulau Tropis Brasil Jadi Kanibal

Kamis, 15 Oktober 2020 | 11:45 WIB
Dampak Mengerikan Covid-19, Kucing di Pulau Tropis Brasil Jadi Kanibal
Kucing liar di pulau Furteda yang tertelak di sebelah barat Rio de Janeiro, Brasil. [AP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi virus Corona telah menurunkan aktivitas wisatawan dan nelayan di sekitaran pulau Furteda di sebelah barat Rio de Janeiro, Brasil yang dipenuhi kucing liar.

Ketiadaan wisatawan dan nelayan yang kerap melemparkan ikan hasil tangkapan, membuat kondisi kucing-kucing tersebut sangat memperihatinkan, sebagaimana dilaporkan New York Post, Kamis (15/10/2020).

Bahkan, beberapa nelayan menjadi saksi akan dampak tak langsung pandemi virus Corona terhadap ekosistem di pulau Furteda.

Ya, kucing-kucing yang kelaparan memilih jadi kanibal dengan memakan bangkai temannya sendiri.

Baca Juga: Tak Perlu Takut, Begini Cara Atasi Kecemasan selama Pandemi Covid-19

Pulau Furtada, yang secara luas disebut sebagai "Pulau Kucing", berjarak 20 menit dengan perahu motor dari kota Mangaratiba, di salah satu ujung Pantai Hijau Brasil.

Selama bertahun-tahun, para nelayan melemparkan isi perut ikan dan tangkapan yang tidak diperlukan ke pulau itu, sementara jiwa-jiwa yang baik hati meninggalkan semangkuk air dan makanan kucing yang dibeli di toko.

Itu telah membantu ratusan kucing liar tetap makan, terutama kucing yang baru saja terdampar yang tidak memiliki keterampilan berburu.

Ketika pandemi memaksa orang untuk mengurangi aktivitas dan menutup sementara pariwisata, lalu lintas kapal di sekitar pulau turun tajam. Dampaknya amat mengerikan di mana makanan dan air tak lagi tersedia bagi hewan berbulu itu.

Penduduk setempat tidak menyadari kengerian yang terjadi di pulau itu sampai para nelayan melaporkannya pada April 2020.

Baca Juga: Nyeri Otot Sampai Diare, Warga Mempawah Meninggal Positif Corona

“Jumlah perahu turun, jumlah wisatawan dan kami melihat kondisi hewan-hewan di pulau itu,” kata Jorge de Morais (58), yang bekerja dengan kelompok lokal yang menyelamatkan hewan dari penganiayaan.

Dia dan relawan lainnya meminta sumbangan dari bisnis lokal. Pada April, mereka mulai memasang dispenser makanan dan air dari pipa PVC dan sekarang melakukan perjalanan mingguan untuk mengisi kembali kebutuhan kuicng-kucing.

“Kucing yang baru saja dibuang, mereka lebih mudah bergaul. Anda lihat kami bisa mendekat, belai mereka, ”kata Joice Puchalski, koordinator kelompok relawan.

“Tapi bukan yang liar. Mereka semua tersembunyi dan Anda melihatnya di malam hari, karena mata mereka."

Kira-kira 250 kucing di pulau itu berasal dari sepasang kucing yang pada dua dekade lalu merupakan satu-satunya penghini di pulau ini, Puchalski menjelaskan.

Pemilik sengaja meninggalkan kucing tersebut di pulau Furtada. Seiring pertumbuhan populasi kucing, orang-orang memperhatikan dan beberapa percaya tempat itu dijadikan wadah pembuangan kucing yang tidak diinginkan pemilik.

Pihak berwenang sedang mencari cara untuk menghentikan orang agar tidak meninggalkan hewan di pulau itu. Praktik itu sudah dianggap kejahatan meski peringatan itu tak membawa efek besar.

Karla de Lucas, yang mengawasi perlindungan hewan di negara bagian Rio, memeriksa Pulau Kucing pada Juni dan dia bertemu dengan Angkatan Laut dan otoritas lingkungan untuk merancang hukuman yang tepat bagi pelangggar.

Kongres juga mengeluarkan undang-undang bulan lalu yang meningkatkan hukuman untuk penganiayaan kucing dan anjing, termasuk hingga lima tahun penjara.

Tidak ada mata air di pulau itu dan air minum yang terbatas sering menyebabkan masalah ginjal pada kucing, menurut Puchalski.

Tapi bahaya terbesar adalah ular berbisa pit dan gigitannya yang beracun. Kadal oportunistik juga akan menyerang dan melukai anak kucing.

Para relawan mengangkut kucing ke pantai sesuai kebutuhan, untuk perawatan atau pembedahan. Mereka mencoba mencari seseorang untuk mengadopsi setiap hewan yang ada.

Apabila gagal, mereka membawa kucing-kucing itu kembali ke pulau sehingga mereka dapat merawat hewan lain yang membutuhkan perhatian medis.

“Kami sangat membutuhkan seseorang yang dapat bergabung dengan kami untuk mencoba menyembuhkan kriminalitas yang bagi kami adalah kekejaman,” kata Puchalski.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI