Kisah Penyintas Covid, Percaya Konspirasi sampai Yakin Segera Dipanggil-Nya

Siswanto Suara.Com
Rabu, 14 Oktober 2020 | 13:31 WIB
Kisah Penyintas Covid, Percaya Konspirasi sampai Yakin Segera Dipanggil-Nya
Ilustrasi petugas medis Covid-19. [Suara.com/Eko Faizin]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Dokter memutuskan untuk memasang ventilator. Pada saat itulah saya berpikir saya akan dipanggil," kata Imam.

Imam pun kemudian bertanya tentang hari, karena berharap dipanggil oleh Sang Maha Kuasa pada Jumat, dan menelpon isterinya untuk berpamitan serta memohon doa.

Hal terakhir yang dia ingat mengenai peristiwa itu adalah dokter meminta izin untuk menyuntikkan obat bius. Saat efek obat bius hilang, dia merasakan pengalaman terburuk.

Imam sadar kedua tangannya diikat keras pada tempat tidur, selang, dan pipa masuk ke dalam tubuhnya melalui mulut dan tenggorokan. Dia mendengar dengan jelas bunyi ventilator yang bekerja menggantikan fungsi paru-parunya dan berkontribusi 80 persen terhadap kelangsungan hidupnya. Dia merasa sakit dan amat sangat tidak nyaman.

Seorang perawat lantas datang menghampiri Imam dan menjelaskan mengenai apa yang terjadi padanya.

"Pak Imam maaf tangannya diikat ya agar alat tetap bekerja dengan normal, ikuti saja ritme dari mesin, jangan panik, bapak berdoa saja, istighfar," kata Imam mengutip penjelasan si perawat.

Pada saat itu Imam merasa berada di titik terendah dalam hidupnya sebagai manusia, tidak berdaya sama sekali. Dia memikirkan apa yang telah dia lakukan selama hidup di dunia, hal-hal buruk yang pernah dilakukan, dan apakah laku hidupnya sudah cukup bermanfaat bagi orang lain.

Pada hari berikutnya secercah harapannya muncul ketika seorang perawat datang membawakan gawai kecil yang berisikan rekaman video dan suara dari teman-temannya dari SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, tempat kerja pertama, tempat kerja kedua, dan rekan-rekan lain yang menyemangati dan mendoakan dia cepat pulih.

"Entah istri saya bagaimana cara mendapatkan rekaman itu semua, tapi di situlah saya merasa optimis," kata Imam.

Baca Juga: LIVE: Belajar dari Penyintas, Cara Kita Menjaga Kesehatan Pada Masa Pandemi

Selama sakit, Imam mengaku mendapatkan perawatan tambahan berupa injeksi antibodi ke dalam tubuh untuk melawan virus yang biayanya tidak ditanggung oleh pemerintah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI