Ikut Turun Investigasi, FBI Tak Capai Kesimpulan Soal Ledakan Beirut

Bangun Santoso Suara.Com
Rabu, 14 Oktober 2020 | 13:04 WIB
Ikut Turun Investigasi, FBI Tak Capai Kesimpulan Soal Ledakan Beirut
Sebuah helikopter memadamkan api di lokasi ledakan di pelabuhan kota di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8). [Foto/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat mengatakan pada Selasa (13/10/2020) pihaknya tak mencapai kesimpulan yang tepat mengenai apa yang menyebabkan ledakan 4 Agustus di pelabuhan Beirut yang membunuh hampir 200 orang dan menyebabkan kerusakan dengan kerugian senilai miliaran dolar.

Badan-badan pemerintah AS dan Eropa yang mengikuti dari dekat penyelidikan-penyelidikan terhadap ledakan itu sangat yakin bahwa ledakan itu peristiwa kebetulan.

"Tak ada kesimpulan sedemikian yang dicapai," juru bicara FBI mengatakan kepada Reuters lewat surel. Dia mengutip pernyataan sebelumnya bahwa badan AS itu mengatakan pihaknya akan "memberi para mitra Lebanon kami bantuan investigatif" dalam penyelidikan mereka.

"Pertanyaan-pertanyaan lebih jauh harus diarahkan ke pihak-pihak berwenang Lebanon sebagai investigator-investigator yang di depan," kata juru bicara itu.

Baca Juga: Ledakan Beirut Termasuk Ledakan Non-nuklir Terbesar di Dunia

Media Lebanon pada Selasa melaporkan bahwa laporan FBI mengenai ledakan itu diserahkan ke seorang hakim Lebanon pada Senin. FBI enggan berkomentar mengenai laporan-laporan itu.

Dua sumber pemerintah AS yang mengetahui laporan resmi dan analisis mengenai kejadian itu mengatakan bahwa badan-badan AS juga kebanyakan percaya bahwa ledakan itu, yang melibatkan amonia nitrat dalam jumlah besar yang disimpan di sebuah bangunan pelabuhan selama bertahun-tahun, merupakan sebuah kecelakaan.

Satu sumber pemerintah Eropa yang mengetahui laporan dan analisis intelijen mengatakan para ahli Eropa yang resmi juga menilai bahwa ledakan itu peristiwa kebetulan alias kecelakaan. (Sumber: Antara/Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI