Suara.com - Sejumlah video beredar di media sosial yang menayangkan aksi aparat kepolisian yang menyisir pemukiman penduduk di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat.
Dari video viral itu, diduga polisi sedang mencari demonstran penolak Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja yang melarikan diri setelah ricuh.
Dalam video yang diunggah akun twitter @QaillaAsyiqah pada Selasa (13/12/2020) sekitar pukul 22.30 WIB, tampak polisi menembaki gas air mata ke arah Masjid Al-Riyadh yang dibangun oleh tokoh islam Jakarta Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi, atau dikenal dengan nama Habib Ali Kwitang.
"Alerta, Memanas, terpusat di wilayah Kwitang, Jakarta Pusat, tak jauh dari Tugu Tani dan Toko Buku Gunung Agung, Jakarta. (13/Okt/2020)," tulis @QaillaAsyiqah.
Baca Juga: Heboh Thamrin City Terbakar, Kapolres: Tak Ada yang Dijarah, Aman Semua
Bahkan warga menemukan sejumlah selongsong logam peluru yang diduga selongsong peluru tajam milik kepolisian yang tercecer di sekitar pemukiman warga.
"Barusan, masih baru nih, dua nih, masih banyak bro," ucap seorang pria berbaju putih dalam video tersebut.
Selain itu, @QaillaAsyiqah juga melaporkan bahwa Markas Gerakan Pemuda Islam (GPI) di kawasan Menteng Raya 58 Jakarta Pusat yang rusak bahkan ada bercak darah di lantai.
"Ini kantor GPII Menteng 58, bercak darah, gas air mata masih sangat berbau sekali," sambungnya.
Semantara, Kaposlek Senen Kompol Ewo Samono saat dikonfirmasi Suara.com lewat pesan elektronik WhatsApp mengaku jika kondisi di sekitar Kwitang tidak ada kericuhan pasca terjadinya aksi tolak Omnibus Law yang berujung bentrok dengan aparat.
Baca Juga: Ikut Rombongan Anak STM Demo ke Istana, 2 Siswa SD Ditangkap Polisi
"Tidak ada pak, tadi hanya massa yang pulang dari unras (unjuk rasa) saja," kata dia.
Namun saat ditanyakan lagi soal video kericuhan yang terjadi Masjid Al-Riyadh, Kapolsek belum lagi membalas pesan.