Hamil 5 Bulan, WNI di Filipina Rencanakan Bom Bunuh Diri usai Melahirkan

Selasa, 13 Oktober 2020 | 18:44 WIB
Hamil 5 Bulan, WNI di Filipina Rencanakan Bom Bunuh Diri usai Melahirkan
Ilustrasi terorisme. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Istri terduga teroris asal Indonesia, Andi Baso, disebutkan tengah berbadan dua. Pemerintah Filipina mengatakan ia akan melakukan aksi bom bunuh diri setelah melahirkan.

Menyadur BBC, Selasa (13/10/2020), Nana Isirani alias Rezky Fantasya Rullie alias Cici sedang hamil lima bulan dan masih berada di Sulu, Filipina selatan.

"Kami masih harus mendapatkan hasil kewarganegaraannya, dan pada saat yang sama, kami masih harus mengambil beberapa informasi karena tentu saja itu bagian dari prosedur, dan kami harus menjaga kesehatan fisiknya,'' ujar Kepala Kepolisian Filipina, Camilo Pancratius Cascolan, Senin (12/10).

Pejabat militer setempat sebelumnya mengatakan Cici merupakan seorang warga negara Indonesia.

Baca Juga: Kreatif, Bermodalkan HP Pria Ini Ciptakan Foto Ala Fotografer Profesional

Cici disebutkan berencana melakukan aksi nom diri di kota Zamboanga sebagai upaya balas dendam atas kematian suaminya, Andi, yang tewas dalam baku tembak pasukan keamanan Filipina, akhir Agustus lalu.

Bersama dengan dua perempuan lain, Inda Nhur dan Fatima Sandra Jimlani Jama, Cici ditangkap di Barangay San Raymundo, Jolo, pada Sabtu (10/10), di mana ketiganya dinyakini merupakan anggota kelompok Abu Sayyaf.

Konsul jendral Indonesia di Filipina, Dicky Fabrian, menyatakan masih kesulitan mendeteksi identitas "Cici" sebagai WNI karena masih belum mendapat akses wawancara langsung.

"Kita tak punya dokumen yang lengkap atau dokumen yang kita miliki bahwa yang dikatakan aparat keamanan Filipin itu, atas nama Cici, itu betul-betul WNI," beber Dicky.

"Jadi sampai sekarang kita tak punya data dukung, bahwa memang bersangkutan betul-betul WNI," sambungnya

Baca Juga: Perawatan Kankernya Tertunda karena Lockdown, Seorang Ibu Meninggal Dunia

Serupa dengan Cici, Konsul Jenderal RI juga tak memiliki dokumen yang menyatakan Andi Baso adalah betul-betul WNI.

"Jadi, tadi saya sudah bilang kemungkinan masuknya mereka ke Filipina, itu tidak melalui prosedur resmi," tambah Dicky.

Sejauh ini, kata Dicky, tantangan yang dihadapi perwakilan Indonesia di Filipina terkait pendataan karena mereka yang berniat 'jihad' di Filipina kemungkinan akan menghilangkan jejak identitas diri.

"Ini niatnya kan untuk jihad, jadi data mereka, kalau mereka datang itu mungkin sudah dihilangkan dengan sendirinya, jadi kesulitan kita untuk melakukan kroscek ke mereka, apalagi sampai saat ini kita belum dapat akases untuk bertemu," kata Dicky.

Sebelumnya, pemerintah Filipina juga menyebut dugaan dua perempuan WNI lain yang terlibat aksi teror.

Di Indonesia, sebuah laporan menyebutkan perempuan yang ditahan karena terlibat aksi teroris meningkat delapan kali lipat dalam lima tahun terakhir.

Saat penangkapan, Cici kedapatan menyimpan peralatan peledak seperti dua pipa tabung, satu batere 9V, satu tombol saklar, satu kabel yang didugan untuk detonator, satu klim batere, dan satu rompi.

Kekuatan bom yang direncanakan Cici, diperkirakan setara dengan bom bunuh diri di dua lokasi di Filipina pada 24 Agustus lalu.

Penangkapan Cici dan dua orang lain di Filipina menambah daftar keterlibatan perempuan dalam serangan bom bunuh diri.

Dua bulan lalu, dua ledakan bom bunuh diri yang menewaskan 15 orang dan melukai 75 orang lainnya dilakukan oleh dua janda milisi kelompok Abu Sayyaf. Mereka diidentifikasi sebagai Nanah dan Inda Nay.

Nanah sempat disebut pejabat militer sebagai WNI, yang kemudian soal kewarganegaraannya kembali diselidiki oleh kepolisian setempat.

Analis dari Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Dyah Ayu Kartika mengatakan keterlibatan perempuan dalam pelaku aktif teroris dimulai sejak siasat ISIS menyasar kelompok ini pada 2014.

Tak seperti jaringan teroris lama, Al Qaeda dan Jemaah Islamiyah yang menempatkan perempuan sebagai pengelola keuangan dan perekrutan, ISIS memberi ruang lebih besar bagi perempuan untuk melakukan penyerangan.

"Karena itu, ada bahkan section khusus supaya perempuan mau ikut terlibat tidak hanya datang ke Suriah, tapi juga melakukan jihad di tempat masing-masing," kata Dyah kepada BBC Indonesia. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI