Suara.com - Chaos di sekitar Patung Kuda, Jakarta Pusat, dan halte bus Transjakarta Bundaran Bank Indonesia sore tadi sudah diredam.
Tetapi hingga pukul 18.00 WIB, aparat keamanan masih berjaga-jaga di sekitar lokasi tersebut.
Orang-orang anarkis yang melempari aparat dengan benda-benda keras berhasil dibikin kocar-kacir dengan gas air mata. Sebagian dari mereka ambil langkah seribu ke arah Jalan MH Thamrin dan Jalan Budi Kemuliaan arah Tanah Abang.
Beberapa benturan aparat dengan massa kembali terjadi di sekitar Tugu Tani dan Jalan Kebon Sirih arah Tanah Abang.
Baca Juga: Bantah Bikin Chaos, Tokoh 212: Ada yang Bermain di Patung Kuda
Wakil Sekretaris Jenderal Persaudaraan Alumni 212 Novel Bamukmin kepada Suara.com tadi mengatakan orang-orang anarki bukan dari Aliansi Nasional Anti Komunis NKRI. Orang-orang itu, kata Novel, merupakan kelompok lain yang dia juga tidak tahu darimana asalnya.
Sebelum terjadi chaos, kelompok Anak NKRI yang aksi menolak Undang-Undang Cipta Kerja sudah membubarkan diri lebih cepat dari agenda semula jam 17.00 WIB. Mereka lebih cepat bubar untuk mengantisipasi pihak yang ingin menunggangi aksi.
Kapolda Metro Inspektur Jenderal Nana Sudjana menyebut orang-orang anarki itu "anak-anak anarko."
Polisi dan Anak NKRI, kata Nana, sudah berkoordinasi dan mereka menyepakati aksi yang dimulai jam 13.00 WIB bubar jam 16.00 WIB. "Anak-anak anarko inilah kemudian bermain," kata Nana di lokasi.
Kelompok anarko adalah kumpulan orang yang membuat kekacauan. Kelompok ini juga sering disebut polisi dalam aksi-aksi berujung chaos sebelumnya.
Baca Juga: DKI Sudah Keluarkan Duit Miliaran Buat Perbaikan, Pendemo Jangan Rusak Lagi
Demonstrasi tadi campur baur berbagai elemen masyarakat. Dari kelompok Anak NKRI (yang terdiri dari 120 ormas) berjumlah sekitar enam ribu orang. Sementara ada dua ribu orang lagi dari kelompok yang berbeda.
"Ada kurang lebih 600-an mereka berupaya memprovokasi awalnya kita bertahan tidak terpancing, tapi mereka terus melempari kemudian dalam kondisi itu kami melakukan pendorongan dan penangkapan," kata dia.
Mengenai siapa sebenarnya yang menciptakan chaos tadi, Novel menyerahkan soal itu kepada pihak berwajib. Dia yakin ada yang sedang bermain di tengah aksi tadi.
Novel tidak tahu apa tujuan dari aksi anarkis tadi. Dia mendesak polisi untuk menangkap provokator dan mengungkap motivasinya.
Sebelum berlangsung demonstrasi, polisi mengamankan sejumlah pemuda di beberapa tempat di Jakarta. Mereka diamankan karena mau ikut-ikutan demonstrasi.