Suara.com - Politisi Partai Gerindra Fadli Zon kembali angkat bicara soal penumpang aksi yang bertugas untuk menyebar provokasi. Kali ini ia menanggapi kabar yang mengatakan bahwa ada kelompok penyusup di dalam aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja.
Fadli Zon memaparkan adanya istilah "Agent Provocateur" dalam dunia intelijen. Menurutnya, tugas agen tersebut adalah melakukan provokasi kepada para peserta demonstrasi.
Lebih dalam lagi, Fadli Zon menguraikan bahwa tugas mereka adalah melakukan tindak ilegal sebagaimana yang sering dijumpai dalam aksi unjuk rasa. Mereka umumnya melakukan tindakan seperti pembakaran guna mendiskreditkan sebuah aksi.
"Dalam istilah intelijen disebut 'agent provocateur' (dari bahasa Prancis). Tugas provokator adalah melakukan provokasi dengan tindakan ilegal seperti membakar dll untuk mendiskreditkan sebuah aksi," ujar Fadli Zon lewat akun Twitter pribadinya, Senin (12/10/2020).
Baca Juga: Dihalau Polisi, Buruh: Besok dari Utara hingga Selatan, Kita Kepung Istana!
Fadli Zon dalam kicauannya juga mengatakan bahwa adanya praktik penggunaan agen provokator pada sebuah aksi unjuk rasa sudah biasa. Cara ini menjadi klasik lantaran sudah diterapkan sejak ratusan bahkan ribuan tahun silam.
"Teori dan praktik 'agent provocateur' ini klasik. Sudah ratusan bahkan ribuan tahun riwayatnya," imbuh Fadli Zon.
Politisi Partai Gerindra itu bukan baru kali ini membicarakan soal intelijen negara. Sebelumnya, Fadli Zon menyoroti Badan Intelijen Nasional (BIN) yang memiliki juru bicara.
Menurut Fadli Zon, keberadaan juru bicara dalam BIN aneh. Sebab, semua informasi yang diperoleh oleh BIN seharusnya langsung dilaporkan kepada Presiden.
Tak hanya itu, Fadli Zon pun membandingkannya dengan badan intelijen lain di sejumlah negara. Ia mengatakan bahwa di negara lain, badan intelijen tak memiliki juru bicara.
Baca Juga: Mahasiswa Aceh Bakar Keranda yang Ditempel Foto Ketua DPR; Puan Sudah Mati
"Memang aneh ini BIN kok pakai jubir segala. Setahu saya dinas intelijen asing seperti CIA Amerika Serikat, MI6 Inggris atau SVR n FSB Rusia tidak ada juru bicara. Apalagi sampai mengumumkan bahan info intelijen ke publik," tukasnya.
Tudingan Fadli Zon langsung dibantah oleh peneliti intelijen, Ridlwan Habib. Ridlwan Habib menyebut bahwa komentar Fadzli Zon kurang tepat.
"Bang Fadli masih terbawa nuansa intelijen di era Orde Baru yang kesannya misterius dan tertutup, " kata Ridlwan Habib kepada Suara.com, Minggu (11/10/2020).
Padahal, dikatakan Ridlwan Habib, dalam disiplin ilmu intelijen modern, justru lembaga lembaga intelijen profesional di seluruh dunia punya juru bicara. "CIA misalnya, punya juru bicara , seorang wanita, namanya Nicole de Hay," ujar alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia itu.
Airlangga Hartarto Sebut Aksi UU Cipta Kerja disponsori oleh seseorang
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuding banyaknya gerakan aksi demo yang menentang disahkannya Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja karena disponsori oleh seseorang.
Hal itu dilontarkan Airlangga karena pemerintah sangat kesal dengan aksi demonstrasi rakyat di tengah pandemi Covid-19.
"Sebetulnya pemerintah tahu siapa behind (di belakang) demo itu. Jadi kita tahu siapa yang menggerakkan. Kita tahu siapa sponsornya, kita tahu siapa yang membiayainya," kata Airlangga dalam acara sebuah televisi, Kamis (8/10).
Airlangga mengklaim bahwa UU sapu jagat ini didukung oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk kalangan buruh.
Kendati demikian, banyak pihak tidak sepakat dengan apa yang dikemukakan oleh Airlangga. Pasalnya, mereka menilai unjuk rasa ini memang benar-benar ada karena rakyat tak sepakat dengan UU Cipta Kerja.