Suara.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan untuk memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi per Senin (12/10/2020).
Menurut epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, keputusan Anies tersebut bukan pilihan yang ideal.
Alasan Dicky itu berlandaskan dari jumlah kasus positif virus Corona (Covid-19) yang masih terbilang tinggi. Sebagaimana diketahui, jumlah kasus positif di DKI Jakarta bertambah 1.389 orang pada Minggu (11/10/2020).
"Putusan PSBB Transisi DKI bukanlah pilihan ideal mengingat kasus aktif yang meninggi di beberapa hari terakhir," kata Dicky kepada Suara.com, Senin.
Selain itu, Dicky juga menganggap PSBB transisi belum ideal untuk diterapkan lantaran masih adanya pertumbuhan infeksi pada pasien yang terpapar. Hal tersebut dibuktikan dengan masih tingginya angka kematian.
"Masih adanya kematian dua digit menunjukkan pertumbuhan infeksi yang masih serius di komunitas," ujarnya.
"Meski sudah ada perbaikan rate jadi 1,07 dan Pe- 22 persen hunian isolasi dan ICU 98 rumah sakit," tambah Dicky.
Sebelumnya, Gubernur Anies Baswedan telah memutuskan untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masa transisi.
Anies mengambil kebijakan ini dengan alasan kasus penularan corona di ibu kota telah mulai melandai.
Baca Juga: PSBB Transisi, Jam Operasional TransJakarta Diperpanjang Sampai 22.00 WIB
Anies mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 tampak adanya pelambatan kenaikan kasus positif dan kasus aktif sejak 13 September atau ketika diterapkannya PSBB jilid 2. Meski demikian, masih terjadi peningkatan penularan.