Suara.com - Hampir 10.000 cerpelai di Utah, Amerika Serikat dilaporkan mati karena Covid-19, memicu karantina di sembilan peternakan yang terkena dampak vitus tersebut.
Menyadur The Guardian, Senin (12/10/2020) Dean Taylor, dokter hewan negara bagian Utah, mengatakan bahwa virus corona sebagian besar menyerang cerpelai tua.
Covid-19 "memusnahkan 50% persen koloni yang berkembang biak, sedangkan cerpelai yang lebih muda sebagian besar tidak tertular," ujar Dean Taylor.
Kasus Covid-19 pertama pada cerpelai AS berada di Utah, dengan diagnosis mereka dikonfirmasi pada pertengahan Agustus, kata Departemen Pertanian Federal (USDA).
Baca Juga: Dapat Ulasan Buruk, Hotel di Thailand Polisikan Pengunjung
Pihak berwenang mengetahui cerpelai yang tertular virus corona setelah seorang pekerja peternakan dinyatakan positif, menurut Taylor kepada NBC News.
"Setelah sejumlah besar cerpelai mati di peternakan, Laboratorium Diagnostik Hewan Utah menyelesaikan nekropsi pada beberapa hewan yang terkena," kata USDA. Sampel dari prosedur dikirim ke dua laboratorium, dan dikonfirmasi adanya Covid-19.
Awal bulan ini, pihak berwenang juga mengonfirmasi kasus virus corona menular ke cerpelai yang berada di Wisconsin dan Michigan.
Cerpelai Belanda pertama kali terinfeksi virus corona oleh pawangnya pada bulan April. Pemerintah mengidentifikasi dua kasus di mana manusia telah terinfeksi oleh hewan yang sakit pada bulan Mei, satu-satunya penularan dari hewan ke manusia yang diketahui sejak wabah global dimulai di China.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang positif Covid-19 dapat menginfeksi hewan, dan beberapa kasus sebaliknya telah teridentifikasi di Eropa.
Baca Juga: Aktor The Avengers hingga Komedian AS Telanjang Guna Ingatkan Pemilih di AS
Pada bulan Mei, pemerintah mengidentifikasi dua kasus di mana manusia terinfeksi oleh hewan yang sakit. Pada saat itu, kasus tersebut adalah satu-satunya penularan dari hewan ke manusia yang diketahui sejak wabah global dimulai di China.
Namun berbeda dengan otoritas pertanian Utah yang menyatakan bahwa penularan dari hewan ke manusia tidak mungkin terjadi.
"Saat ini tidak ada bukti bahwa hewan, termasuk cerpelai, memainkan peran penting dalam menularkan virus ke manusia. Saat ini, karena terbatasnya informasi dan penelitian, risiko hewan menyebarkan SARS-CoV-2 ke manusia dianggap rendah." jelas otoritas pertanian Utah.
Manusia dan cerpekau menunjukkan gejala serupa ketika terpapar virus Covid-19 yakni adanya gangguan pernapasan. Lebih dari 214.000 manusia meninggal setelah tertular virus corona di AS, dan menginfeksi lebih dari 7,7 juta orang di seluruh negeri.
"Cerpelai menunjukkan mulut terbuka ketika bernapas, keluar kotoran dari mata dan hidung, dan tidak sakit selama beberapa hari sebelum meninggal," jelas Taylor. "Mereka biasanya mati pada hari berikutnya."
Taylor mengatakan bahwa tidak ada cerpelai yang disuntik mati di Utah. Pejabat pertanian dan kesehatan masyarakat - termasuk Pusat Pengendalian Penyakit - berkoordinasi dengan karyawan peternakan cerpelai untuk menghentikan penyebaran virus corona, katanya.
"Setelah pengujian akhir selesai, kami akan membuat rencana negara bagian untuk menghentikan penyebaran virus ini ke lebih banyak peternakan," kata Taylor kepada NBC News.
Menurut Komisi Peternakan Cerpelai AS, asosiasi peternakan cerpelai terbesar di negara itu, setidaknya ada 245 peternakan cerpelai di 22 negara bagian. Utah adalah produsen kulit cerpelai terbesar kedua di negara itu, menurut publikasi Science.
Cerpelai yang terinfeksi Covid-19 pertama kali ditemukan di Belanda, di beberapa peternakan yang "juga mengalami peningkatan kematian cerpelai", kata USDA. Ada wabah berikutnya di Spanyol dan Denmark. Negara-negara ini sejak itu telah membunuh lebih dari 1 juta cerpelai yang dibudidayakan sebagai tindakan pencegahan.
Jumlah hewan di seluruh dunia yang dilaporkan tertular Covid-19 "kecil ... sebagian besar setelah kontak dekat dengan orang yang positif Covid-19," kata pejabat USDA.