Gas Air Mata Berpotensi Percepat Penularan Virus Corona, Ini Penjelasannya

Jum'at, 09 Oktober 2020 | 14:05 WIB
Gas Air Mata Berpotensi Percepat Penularan Virus Corona, Ini Penjelasannya
Massa demonstran melempari batu petugas saat demonstrasi menolak disahkannya Undang-Undang Omnibus Law berlangsung di Kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat, Kamis (8/10). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ahli epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman memprediksi penyebaran virus Corona (Covid-19) yang melesat di balik aksi demonstrasi menolak Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) pada Kamis (8/10/2020).

Pemerintah diminta untuk segera mengantisipasi dengan meningkatkan jumlah tes virus Corona.

Dicky sendiri bersimpati dan empati terhadap tuntutan yang diajukan massa aksi demonstrasi. Namun dilihat dari sisi lain, mobilisasi massa dengan jumlah besar bisa diprediksi mempercepat penyebaran.

"Pemerintah harus antisipasi dengan penambahan progresif test. Bila tidak akan sangat berbahaya," kata Dicky kepada Suara.com, Jumat (9/10/2020).

Baca Juga: PKS Sindir Jokowi ke Peternakan Bebek: Jangan Lari saat Rakyat Minta Tolong

Dicky memaparkan bagaimana potensi penularan Covid-19 itu bisa terjadi. Ketika gas air mata disemprotkan oleh aparat kepolisian, massa yang mendapatkannya akan merasakan pedih hingga menyebabkan hidung dan mulutnya mengeluarkan lendir.

"Semuanya memperburuk penyebaran virus. Gas air mata dapat terkumpul pada masker sehingga tidak tahan untuk dipakai," ujarnya.

Kemudian, beberapa pendemo ditangkap dan dikumpulkan. Tindakan itu juga berisiko terjadinya penularan. Pun ketika para pendemo pulang ke rumah dengan menaiki transportasi umum, sangat rentan menularkan virus yang bisa menyebar kepada teman, tetangga serta anggota keluarga.

Dicky menilai aksi demonstrasi di tengah pandemi Covid-19 memang sangat bahaya. Namun menurutnya tidak tepat kalau aksi demo itu dijadikan 'tersangka' apabila kasus corona tiba-tiba melonjak naik.

"Karena demo akan berkorelasi dengan banyak faktor lain seperti pelonggaran-pelonggaran, keramaian Pilkada, rendah tes dan tracing dan lain-lain," pungkasnya.

Baca Juga: Aksi Protes Omnibus Law Cipta Kerja di Jakarta Sisakan 398 Ton Sampah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI