Data Terkini IDI: 132 Dokter Gugur Akibat Covid-19

Jum'at, 09 Oktober 2020 | 12:15 WIB
Data Terkini IDI: 132 Dokter Gugur Akibat Covid-19
Sebagai ilustrasi: Petugas rumah duka mendorong peti mati seorang korban Covid-19 di Valparaiso, Chili, 12 Juni 2020. (Adriana Thomasa Carballo/AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tim Mitigasi PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kembali mengumumkan perkembangan informasi dokter yang meninggal akibat Covid-19. Merujuk pada data hari ini, Jumat (9/10/2020), total ada 132 dokter yang gugur.

Dari total tersebut, terdiri dari 68 dokter umum, empat di antaranya adalah guru besar. Kemudian 62 dokter spesialis, yang lima di antaranya juga guru besar. Selanjutnya, dua residen juga dinyatakan meninggal.

"Para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 68 dokter umum (4 guru besar), dan 62 dokter spesialis (5 guru besar), serta 2 residen," ungkap Ketua Tim Mitigasi PB IDI, Dr M. Adib Khumaidi dalam keterangannya.

Total dokter yang meninggal dunia berasal dari 18 IDI wilayah dan 61 IDI Cabang Kota/Kabupaten. Jika dikerucutkan, mereka yang wafat bersdal dari Jawa Timur (31 dokter), Sumatra Utara (22 dokter), DKI Jakarta (19 dokter(, Jawa Barat (11 dokter), dan Jawa Tengah (9 dokter).

Kemudian, Sulawesi Selatan (6 dokter), Bali (5 dokter), Sumatra Selatan (4 dokter), Kalimantan Selatan (4 dokter), DI Aceh (4 dokter), Kalimantan Timur (3 dokter), Riau (4 dokter), Kepulauan Riau (2 dokter), DI Yogyakarta (2 dokter), Nusa Tenggara Barat (2 dokter), Sulawesi Utara (2 dokter), Banten (1 dokter), dan Papua Barat (1 dokter).

Jumlah dokter yang wafat dikarenakan adanya lonjakan pasien Covid-19, terutama Orang Tanpa Gejala (OTG) yang mengabaikan perilaku protokol kesehatan di berbagai daerah juga meningkat. Tak hanya itu, adanya sejumlah klaster penularan Covid-19 juga terus bermunculan dalam beberapa minggu terakhir.

"Karena sejumlah wilayah di Indonesia mulai melepas PSBB dan membuka wilayahnya kembali untuk pendatang yang berarti lebih banyak orang yang menjalani aktifitas di luar rumah," sambung Adib.

Adib menambahkan, penambahan klaster penyebaran virus corona juga disebabkan karena aksi unjuk rasa di sejumlah daerah. Menurutnya, hal itu menjadi salah satu penularan yang potensial.

"Peristiwa tersebut mempertemukan ribuan, bahkan puluhan ribu orang yang sebagian besar tidak hanya mengabaikan jarak fisik namun juga tidak mengenakan masker," jelas dia.

Baca Juga: Alhamdulillah! 315 Pasien Covid-19 di Batam Sembuh

Adib menjelaskan, seruan yel-yel hingga teriakan para demonstran mengeluarkan droplet dan aerosol yang berpotensi menularkan virus terutama Covid.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI