Suara.com - Acara Mata Najwa bertajuk "Mereka-reka Cipta Kerja" di Trans 7 yang menghadirkan bintang tamu Faisal Basri, seorang Ekonom menyita perhatian publik. Siapa sebenarnya sosok Faisal Basri? Inilah profil Faisal Basri.
Dalam acara tersebut, Faisal Basri memberikan pandangan terkait dengan kondisi investasi Indonesia saat ini. Menurutnya iklim investasi Indonesia sebenarnya baik-baik saja.
Dia pun mempertanyakan sebenarnya untuk apa tujuan Undang-undang (UU) Cipta Kerja yang telah disahkan DPR pada Senin, 5 Oktober 2020. UU Cipta Kerja disebut-sebut akan menjadi regulasi solusi mengeluarkan Indonesia dari sebutan negara berpenghasilan kelas menengah dan untuk meningkatkan iklim Investasi Asing di Indonesia.
Kontribusi Faisal Basri tentu saja menarik perhatian publik. Tak pelak latar belakangnya pun menjadi sorotan. Berikut adalah profil Faisal Basri yang dikumpulkan Suara.com dari berbagai sumber:
Baca Juga: Minta Anies Cabut PSBB, Ekonom: Kelaparan Bisa Lebih Mematikan dari Covid
Latar Belakang
Salah satu hal menarik dari karakter Faisal Basri ialah menggunakan unsur nama ayahnya, Hasan Basri Batubara. Faisal Basri bernama asli Faisal Batubara, namun kemudian lebih dikenal dengan Faisal Basri.
Dia lahir di Bandung, Jawa Barat, 6 November 1959. Faisal Basri berdarah Batak. Dia juga merupakan keponakan dari mendiang Wakil Presiden RI Adam Malik.
Faisal Basri tidak sembarangan menjadi sosok yang dinyatakan cukup mumpuni dalam mengomentari tema perekonomian Indonesia. Pasalnya, dia sendiri seorang terdidik dengan latar belakang pendidikan yang cukup cemerlang.
Baca Juga: Kritik Istilah Gas-Rem, Faisal Basri: Saya Tak Setuju, Ini Soal Manusia
Ia merupakan lulusan Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Faisal Basri juga meraih gelar Master of Arts (M.A) dalam bidang ekonomi, Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika (1988).
Selain itu, Faisal Basri aktif dalam berbagai kegiatan seperti menjadi pendiri Pergerakan Indonesia (PI), menjadi anggota American Economist Association (AEA), pernah menjadi Pembantu Ketua Bidang III Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) tahun 1996-2000.
Tak hanya itu, Faisal Basri juga aktif sebagai Ketua Dewan Etik Komite Pemantau Korupsi Nasional (KONSTAN)- National Corruption Watch (NCW) sejak peresmian lembaga tersebut pada 6 April 2000. Dia pun menjadi seorang Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Periode 1998-2000, dan lain sebagainya. Semuanya merupakan kegiatan yang bersinggungan dengan politik dan Ekonomi.
Perjalanan Karier Faisal Basri
Faisal Basri memiliki riwayat perjalanan karier yang terus bersinggungan dengan dunia Ekonomi. Karenanya dia merupakan salah satu sosok yang dihormati di perekonomian Indonesia. Pandangannya mengenai perkembangan dan pertumbuhan perekonomian Indonesia pantas untuk diperhatikan karena Faisal Basri memiliki riwayat karir di bidang ekonomi yang sangat panjang sebagai berikut:
- Menjadi Pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia untuk mata kuliah Ekonomi Politik, Ekonomi Internasional, Ekonomi Pembangunan, Sejarah Pemikiran Ekonomi tahun 1981-sekarang
- Pengajar Program Magister Akuntansi (Maksi), Program Magister Manajemen (MM), Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Pembangunan (MPKP), Program Pascasarjana Universitas Indonesia untuk mata kuliah Analisis Lingkungan Bisnis, Perdagangan Internasional, Keuangan Internasional, dan Makro Ekonomi untuk Manajer, Ekonomi Regulasi, Ekonomi Politik, dan Etika Perencanaan 1988-sekarang
- Editorial Board, Jurnal Bisnis & Ekonomi Politik (Quarterly Journal of the Indonesian Economy), diterbitkan oleh Institute for Development of Economics and Finance (Indef) 1997-sekarang
- Ketua, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas Jakarta 1999-2003
- Expert (dan Pendiri), Institute for Development of Economics & Finance (Indef) 1995-2000
- Redaktur Ahli Koran Mingguan “Metro” 1999-2000
- Dewan Pengarah Jurnal Otonomi, diterbitkan oleh Yayasan Pariba 1999-2000
- Anggota Tim Asistensi Ekuin Presiden RI 2000
- Tenaga Ahli pada proyek di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi 1995-1999
- Peneliti pada Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEUI 1981-1998
- Pengajar pada Program Extension FEUI untuk mata kuliah Perekonomian Indonesia, Teori Makroekonomi, Metode Penelitian, Ekonomi Internasional, dan Organisasi Industri 1987-1998
- Sekretaris Program Pusat Antar Universitas bidang Ekonomi, Universitas Indonesia 1991-1998
- Pengajar pada Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia untuk mata kuliah Pengantar Ekonomi-Politik Hubungan Internasional; dan Jepang & Negara-negara Industri Baru, dan Ekonomi Politik Internasional 1991-1998
- Anggota Redaksi Jurnal Ekonomi Indonesia, diterbitkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) 1992-1998
- Ketua Jurusan ESP (Ekonomi dan Studi Pembangunan) FEUI 1995-1998
- Pengajar pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia, bidang studi Ekonomi, untuk mata kuliah Strategi dan Kebijakan Pembangunan; dan Program Studi Kajian Wanita; dan Program Studi Khusus Hubungan Internasional 1995-1998
- Guest Editor pada NIPPON (Seri Publikasi Monograf Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia) 1995-1998
- Anggota Dewan Redaksi Majalah Kajian Ekonomi-Bisnis “Media Eksekutif”, Program Extension Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1996-1998
- Research Associate dan Koordinator Penelitian Bidang Ekonomi dalam rangka kerjasama penelitian antara Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia dengan University of Tokyo 1997-1998
- Koordinator Bidang Ekonomi, Panitia Kerja Sama Kebahasaan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (Mabbim) 1993-1997
- Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM-FEUI) 1993-1995
- Pakar Ekonomi pada P3I DPR-RI 1994-1995
- Koordinator Bidang Ekonomi pada PAU-Ek-UI 1991-1993
- Koordinator Bidang Ekonomi pada PAU-Ek-UI 1989-1990
- Pengajar pada Sekolah Tinggi Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI) untuk mata kuliah Pengantar Makroekonomi 1990
- Anggota Tim “Perkembangan Perekonomian Dunia” pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang EKUIN 1985-1987
Kontroversi Pendapat Faisal Basri
Faisal Basri dalam acara bincang-bincang di Mata Najwa bertajuk "Mereka-reka Cipta Kerja" membuat pernyataan yang menarik perhatian. Dalam acara tersebut, dia mengatakan berdasarkan data yang dipegangnya, nilai investasi di Indonesia bahkan jauh lebih besar daripada Cina, Thailand, Brazil, dan Afrika Selatan.
Menurutnya, nilai investasi Indonesia hampir sama dengan yang didapatkan oleh India dan sedikit lebih kecil dari Vietnam. Akan tetapi, itu tidak berarti sangat buruk. Sebab investasi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sudah mencapai 34 %.
Menurut pengamatannya, angka tersebut merupakan angka tertinggi bila dibandingkan dengan masa-masa pemerintahan sebelumnya. Bahkan Indonesia masuk top 20 sebagai negara penerima investasi asing terbesar secara global. Nilai investasi asing yang masuk ke Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara menengah lainnya.
Meskipun demikian, Faisal Basri tak menutup mata bahwa kenyataannya meskipun investasi tinggi, tapi penghasilan Indonesia masih kecil. Menurutnya itu karena banyak cacing diperut alias koruptor.
Demikian profil Faisal Basri, tokoh pemerhati ekonomi Indonesia. Pendapatnya menarik untuk diteliti lebih lanjut kebenarannya.
Kontributor : Mutaya Saroh