Suara.com - Pertempuran antara prajurit Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia di Kaukasus Selatan tengah berlangsung. Lebih dari 300 orang meninggal dunia dan setiap hari jumlah korban semakin bertambah.
Konflik antara kedua otoritas menjadi sorotan internasional, terutama kekhawatiran memicu perang regional. Tak hanya elit politik yang peduli dengan isu tersebut, paranormal Samijan alias Mbah Mijan pun ikut khawatir dengan dampaknya.
"Selangkah lagi, Armenia X Azerbaijan bakal jadi pasar malam. Negara-negara penggila perang akan berlomba pamerkan alutsista dengan dalih dukungan," kata Mbah Mijan.
Melalui media sosial, Mbah Mijan menilai bagi bangsa barat, perang bukan medan pertempuran, tapi medan pemasaran senjata.
Baca Juga: Cerita Warga Suriah yang Terjebak di Perang Armenia-Azerbaijan
"Jin saya sampai heran," kata Mbah Mijan.
Indonesia menyeru Azerbaijan dan Armenia untuk menghentikan perang di wilayah konflik Nagorno-Karabakh.
“Indonesia menyerukan agar kedua pihak dapat menahan diri, melakukan gencatan senjata, mengedepankan dialog, dan menyelesaikan konflik secara damai sesuai dengan hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB yang ada,” demikian seruan yang disampaikan melalui Twitter resmi Kementerian Luar Negeri.
Indonesia juga menyerukan Azerbaijan dan Armenia kembali ke meja perundingan Minsk Process yang difasilitasi oleh OCSE.
OCSE Minsk Group, yang diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat, dibentuk pada 1992 untuk menemukan solusi damai atas konflik berkepanjangan di Nagorno-Karabakh, tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata, bagaimanapun, disepakati pada 1994.
Baca Juga: Hindari Serangan Armenia, Warga Azerbaijan Sudah 10 Hari Sembunyi di Bunker
Nagorno-Karabakh merupakan daerah pegunungan di Azerbaijan yang terletak di Kaukasus Selatan. Meskipun wilayah itu bagian dari Azerbaijan, Nagorno-Karabakh dihuni oleh sebagian besar etnis Armenia.
Wilayah itu telah memisahkan diri pada 1990-an, tetapi tidak mendapat pengakuan dari banyak negara sebagai negara yang merdeka.
Bentrokan antara pasukan Azerbaijan dan Armenia kembali meletus di Nagorno-Karabakh sejak Minggu (27/9) Pertempuran semakin meluas dan melewati wilayah perbatasan sehingga dua negara bekas Uni Soviet itu berpotensi berperang.
Merespons konflik tersebut, pemerintah mengimbau WNI yang berada di Azerbaijan dan Armenia untuk selalu mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah setempat dan selalu menjalin komunikasi dengan KBRI.
Berdasarkan catatan KBRI Baku, saat ini terdapat 130 orang WNI di Azerbaijan. Sementara berdasarkan catatan KBRI Kyiv terdapat dua orang WNI di Armenia. Kondisi WNI seluruhnya dalam keadaan aman.