Suara.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump diklaim telah terbebas dari gejala Covid-19. Politikus 74 tahun itu menyebut terinfeksi virus Corona sebagai berkah dari Tuhan.
Menyadur Channel News Asia (CNA), Kamis (8/10/2020), kondisi terkini Donald Trump dilaporkan oleh dokter pribadinya, Sean Conley.
"Dia sekarang bebas demam selama lebih dari empat hari, bebas gejala selama lebih dari 24 jam, dan tidak membutuhkan, atau menerima, oksigen tambahan sejak awal rawat inap," kata Conley.
Setelah sempat diterbangkan ke rumah sakit militer walter Reed pada Jumat (2/10/2020), Donald Trump kini sudah kembali berkantor di Gedung Putih.
Baca Juga: Simak, 8 Hal untuk Kurangi Risiko Penularan Covid-19 Selama Unjuk Rasa
Dalam pesan berupa video, Trump mengungkapkan bahwa terkena virus Corona adalah berkah dari Tuhan. Dia jadi tahu perawatan apa yang efektif untuk mengobati Covid-19.
"Saya pikir ini adalah berkah dari Tuhan yang saya tangkap. Ini adalah berkah terselubung," kata Trump.
Dia menambahkan bahwa penggunaan obat dari Regeneron Pharmaceuticals Inc telah memungkinkannya untuk merasakan secara langsung betapa efektifnya obat itu.
Trump bersumpah perawatan eksperimental yang telah dijalaninya akan dia gratiskan kepada seluruh warga Amerika Serikat.
"Saya ingin mendapatkan untuk Anda apa yang saya punya. Dan saya akan membuatnya gratis," kata Trump.
Baca Juga: Pemerintah Kabupaten Ngawi Gelar Tes Swab Bagi Pegawai Dinas Kesehatan
Pesan video itu sekaligus mengumumkan bahwa Presiden ke-45 AS itu telah kembali berkantor tepatnya di Oval Office sejak Rabu (7/10/2020).
Trump sudah kembali memimpin rapat tentang pembicaraan stimulus ekonomi dan Badai Delta, hanya dua hari setelah keluar dari rumah sakit militer Walter Reed.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Trump memasuki kantor dari Rose Garden.
Hal itu dilakukan untuk menghindari berjalan melalui lorong Gedung Putih dan mungkin membuat orang lain terpapar virus corona.
Kepala staf Mark Meadows, yang memberi pengarahan kepada Trump tentang alat pelindung diri, mengatakan Gedung Putih membatasi akses ke Oval Office.