Suara.com - Di tengah gelombang demonstrasi menolak Undang-Undang Cipta Kerja yang terjadi di sejumlah tempat, hari ini, mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli cerita kilas balik sejarah gelombang gerakan reformasi untuk menjatuhkan rezim Presiden Soeharto.
Menurut Rizal Ramli gerakan kala itu dimulai awal Mei di Makassar (Sulawesi Selatan), baru kemudian merembet ke berbagai kota sampai ke Jakarta.
"Flashback: yang sok tahu, analisa kacangan dan ndak ngerti sejarah, ya gitu kepedean. Demonstrasi besar-besaran jatuhkan Soeharto itu dimulai tanggal 2 Mei di Makassar, seminggu kemudian Medan, Solo, Jakarta akhir Minggu Mei, habis itu Soeharto jatuh," kata Rizal Ramli.
Melalui media sosial, Rizal Ramli mengatakan gerakan massa yang berhasil mengakhiri kekuasaan Soeharto dibutuhkan 20-an hari.
Baca Juga: Langkah Ini Diprediksi Dilakukan Jokowi Usai Didemo Terus
Sampai April 1998, tokoh partai, elite, media, kalangan bisnis masih percaya Soeharto sangat kuat. Sebab, Soeharto baru terpilih pada 11 Maret 1998.
"Soeharto jauh lebih kuat, ABRI Golkar kuat. Rumah pasir (house of sand) hari ini sangat fragile, dukungan utama digital, oleh buzzeRp & InfluenceRp," katanya.
Rizal Ramli mengatakan gerakan rakyat yang efektif mendorong perubahan terjadi karena tiga aspek.
Pertama, secara natural karena kondisi objektif sudah matang, kondisi subjektif dalam proses. Kedua, organik, sehingga sangat adaptif bagaikan aliran air dari hulu sungai. Dan ketiga, "sudah terlalu congkak, padahal di atas ‘rumah pasir’ buzzeRP."
Baca Juga: Didemo Terus, Tengku: Akankah Berujung Pemakzulan Pak Jokowi? Cuma Tanya