Eddie Van Halen, Matinya Amadeus Mozart versi Rock

Rabu, 07 Oktober 2020 | 15:02 WIB
Eddie Van Halen, Matinya Amadeus Mozart versi Rock
Eddie Van Halen [YouTube/CTV News]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - “Cara dia mereimajinasikan sesuatu pada instrumen adalah bukti inspirasi ilahi,” kata gitaris Rage Against the Machine, Tom Morello, dalam testimoni kepada Rolling Stone, beberapa jam setelah Eddi Van Halen meninggal dunia.

Dunia musik rock tengah berduka, setelah gitaris virtuoso Eddie Van Halen meninggal dunia pada Selasa (6/10/2020).

Pendiri band hardrock kenamaan, Van Halen, itu mengembuskan napas terakhir pada usia 65 tahun di Rumah Sakit St Johns di Santa Monica, Califorrnia.

Menyadur BBC, musisi Amerika Serikat kelahiran Amsterdam, Belanda, 26 Januari 1955 silam itu, meninggal dunia karena kanker tenggorokan.

Baca Juga: Berduka untuk Eddie Van Halen, Anggun: He Was My Guitar Hero

Berita berpulangnya salah satu musisi paling berpengaruh dalam sejarah musik rock itu turut disampaikan putranya, Wolfgang Van Halen, lewat Instagram.

"Saya tidak percaya saya harus menulis ini, tetapi ayah saya, Edward Lodewijk Van Halen, kalah dalam pertempuran panjang dan sulit melawan kanker pagi ini," tulis Wolfgang.

"Setiap momen yang saya bagikan dengannya di dalam dan di luar panggung adalah sebuah hadiah."

"Hati saya hancur dan saya rasa saya tidak akan pernah pulih sepenuhnya dari kehilangan ini."

Eddie, sebagaimana dikutip dari Rolling Stones, diakui sebagai musisi yang mengilhami bagaimana musik hard rock akhir 1970-an berkembang.

Baca Juga: 7 Fakta Eddie Van Halen, Musisi Rock Dunia yang Berdarah Rangkasbitung

Tanpa kehadiran putra dari Eugenia Van Halen dan Jan Van Halen--seorang pemain klarinet, saksofon, dan pianis, Rolling Stones menganggap wajah dunia hardrock tak akan seperti sekarang.

"Eddie Van Halen Mozart-nya generasi kami," kata Tom Morello.

Joe Satriani, gitaris legendaris yang juga terinspirasi dari Eddie, turut memberikan testimoni tentang sang rock star.

Menurutnya, Eddie adalah gitaris jenius yang mengubah arah riff-riff rock menjadi sama sekali baru.

Bisa dikatakan, cara Eddie bermain gitar, merupakan retakan dalam sejarah musik rock dunia.

Sebab, setelah Eddie, ritme gitar rock  sama sekali berbeda dengan era sebelumnya. Setelah Eddie, orang-orang lengkingan gitar khas rock bisa lebih diterima khalayak yang paling awam sekali pun, tak membosankan.

"Ritmenya sangat sempurna dan memabukkan, dan pilihan nada-nya sangat lucu dan berani. Dia menulis lagu yang bagus dan tidak membuat Anda bosan dengan berjam-jam hal yang membosankan. Itu selalu rock 'n roll. Dia memiliki kesombongan dan ritme sempurna yang menggerakkan setiap lagunya," kata Joe Satriani.

"Pendeknya, dia meletakkan banyak sekali kegembiraan pada setiap not-not yang dimainkan."

Dewa Gitar yang Tak Paham Notasi Musik

Meski permainan gitarnya kerap memukau para pecinta musik hard rock, Eddie, kepada Rolling Stone pada 1980, mengungkapkan fakta yang cukup mengejutkan.

Siapa sangka musisi revolusioner yang kerap dijuluki "Mozart of rock guitar" itu nyatanya tak fasih membaca notasi musik.

“Saya tidak tahu apa-apa tentang tangga nada atau teori musik,” kata Eddie dikutip dari Rolling Stone, Rabu (7/10/2020).

"Saya tidak ingin terlihat sebagai gitaris tercepat di kota, siap dan bersedia untuk menjatuhkan persaingan."

"Yang saya tahu adalah, gitar rock 'n roll, seperti blues, harus melodi, kecepatan, dan rasa, tapi yang paling penting adalah emosinya," beber Eddie.

Menurut Eddie, dia hanya ingin bermain gitar untuk membuat orang-orang merasakan emosi, entah bahagia, sedih, bahkan terangsang.

Hall of Fame

Sejak mendirikan Van Halen pada 1972 bersama sang kakak, Alex Van Halen, grup band asal Pasadena, California itu mengalami pasang surut dan konflik internal.

Tercatat, Van Halen tiga kali mengganti vokalis, dari David Lee Roth ke Sammy Hagar, hingga Gary Cherone.

Nama terakhir juga pada akhirnya keluar dari band dan memaksa Van Halen hiatus dari industri musik ketika turnya pada 1998 tak diterima pasar.

Namun, di tengah dinamika yang terjadi, nama Eddie Van Halen tetap ada. Dia bagaikan jantung dari band itu sendiri.

Terbukti setelah vakum cukup lama, Van Halen kembali mewarnai dunia musik hard rock pada 2004 dengan kembali menggandeng Hagar sebagai vokalis di tur reuni.

Keteguhan Eddie untuk tetap mempertahankan Van Halen di tengah dinamika yang terjadi, berbuah manis setelah band yang menelurkan tembang "Jump" itu dianugrahi penghargaan Rock & Roll Hall of Fame pada 2007.

***

Kematian sang Mozart musik rock dinilai banyak kalangan sebagai tragedi yang menyakitkan.

Itu seperti yang terekam dalam testimoni Tom Morello. Tom menceritakan, dalam sebuah percakapan dengan anaknya yang berusia 9 tahun, ia menyadari gitaris revolusioner seperti Eddie tak bakal terlahir kembali.

Tom menceritakan, pada suati hari, dia dan sang anak duduk mendengarkan rekaman lagu-lagu Van Halen seperti "You Really Got Me" dan "Running With the Devil" dan "Eruption".

"Anak saya lantas berkata: Ayah, tidak ada yang bisa memainkan itu."

Tom mengakui skeptis terhadap respons anaknya dan menjawab, "Oke, baiklah". Tapi anak Tom kembali membantah, "Tidak, tidak, tidak ada yang bisa memainkan itu."

"Well, setelah saya pikirkan, saya jawab, 'Kamu benar, Nak, tak ada yang bisa memainkan itu," kata Tom.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI